Coretan tinta hitam

Wednesday 7 October 2015

Aku, Kamu, Dia

Aku, Kamu, dan Dia

By; Irma putri syaepudin

Ini begitu salah tapi ini juga begitu benar untuk aku yang dilanda cintamu yang terus memenjaraku...  Cintamu yang akhirnya membunuhku.

   "Cie ... pasangan baru cie ...," ujar kak Iman yang asyik bermain game Hay day nya sesaat dia keluar dari gamenya saat melihat pasangan baru itu Widya dan Mus. Aku dongkol melihat mereka mengumbar kemesraan di hadapan kami. Mereka saling bertatap muka melempar senyum manis dan saling memuji keindahan wajah masing-masing, meskipun kantin kampus sedang penuh dengan mahasiswa dan mahasiswi yang hendak makan siang. Mereka tetap asyik saling suap-suapan mie ayam, sumpah hatiku hancur melihat Mus dan Widya, sejak lama aku menaruh perhatian pada Mus, aku menyukainya sejak kami masuk universitas ini sama-sama dia baik dan sangat setia kawan. Yah, setidaknya itu yang dia katakan padaku jika aku kawan terbaiknya, bahkan saat aku menyukainya aku enggan mengungkapkan perasaan itu karena takut menghancurkan persahabatan kami. Tapi saat aku mempunyai cukup kepercayaan diri untuk mengutarakan isi hatiku saat itulah aku melihatnya memeluk Widya di depan kampus saat istirahat membuat kegaduhan seluruh kampus. Aku benci dengan hatiku dengan diriku yang terlalu kikuk ssaat bersama-sama dengannya hingga susah untuk aku mengutarakan isi hatiku pada Mus.

"Siang-siang begini melamun enggak baik loh, ayam tetangga saya mati kemarin gegara kebanyakan melamun," Bu Kantin membuat semua lamunanku buyar, aku hanya tersenyum terpaksa, Mus dan Widya sama-sama melihatku dan menertawakan aku. Ingin rasanya aku marah tapi  aku memilih diam dan membuka layar tablet kesayangan membuka aplikasi game Hay day yang sering aku mainkan.

"Cie, mending kalian pacaran deh, iya kan sayang? Kak Iman dan Rima sangat cocok pacaran, lihat saja mereka menyukai game yang sama berlomba-lomba menjadi petani sukses, " ujar Mus sambil tertawa terbahak-bahak. Widya pun mengiyakan perkataan kekasihnya. Kak Iman berhenti menatap layar handphone nya lalu menimpali perkataan Mus, "Ah, kamu ini bisa saja Mus, jangan buat dia marah loh, " kata Kak Iman. Lalu mereka bertiga tertawa bersama, aku segera mengambil tas selempang yang sejak tadi kusimpan di bawah kursi.

"Permisi, aku pulang duluan, " ujarku sambil berlalu dari hadapan mereka, aku menyembunyikan kekesalan dan rasa sakit hatiku, mataku terasa panas dan mulai berair. Aku benci dengan diriku sendiri, betapa lemahnya aku hingga harus meneteskan air mata untuk orang sepertinya. Seenaknya saja dia menjodohkan aku dengan Kak Iman, memangnya siapa dia?! Aku mendengar suara Kak Iman memanggil namaku dan menyuruh berhenti.

"Rima, jangan marah ..., Mus hanya bercanda! Mau kemana biar aku antar kamu pulang, " ujarnya yang kini sudah berada di hadapanku, dia seorang yang jago dalam bidang olahraga apapun dia favorit para mahasiswi dan juga dosen. Dia pintar dan juga menyenangkan, dia lebih tua 1 tahun dariku, dan dia mahasiswa senior masih saudaranya Mus, dia dan Mus akrab sejak kecil itu yang aku tahu tentang Kak Iman.

"Rim, kamu nangis? Kenapa? Oh ayolah Mus hanya bercanda jangan dipakai hati, mari aku antar kamu pulang, " ujarnya lagi sambil meraih ytangan kananku, aku berhenti berjalan dan tetap menundukkan kepala,"Lepaskan tanganku Kak, aku menangis bukan karena Mus. Sudahlah Kak, aku ingin pulang pulang," ujarku sambil melepaskan genggaman tangannya.

"Kali ini saja Rim, izinkan aku mengantar kamu pulang, aku tau semuanya tentang kamu dan perasaan kamu pada Mus, " Kak Iman mencegat jalanku. Aku menatap mata Kak Iman berharap matanya bukan tatapan mata serius tapi yang kulihat memang sepertinya dia mengetahui semuanya bahkan tentang perasaan selama ini pada Mus. Akhirnya aku menurut pada Kak Iman, dia mengantarkan aku pulang dengan mobil Mazda birunya, selama perjalanan aku memilih diam dan menatap ke luar jendela mobil pikiran dan jiwaku melayang jauh entah kemana.

"Aku tau kamu menyukai Mus, yah dia memang tampan dan menarik, iya kan Rima? Tanyanya padaku, aku mengabaikan ucapannya.

"Hmm, sampai kapan kamu galau dan menyimpan segala kekesalanmu pada Mus. Kenapa tidak diungkapkan bahwa kamu menyukainya?" Ujar Kak Iman lagi.

"Aku tidak mempunyai cukup keberanian untuk itu. Lagipula untuk apa aku mengutarakan perasaanku padanya, bukankah sudah terlambat toh dia sudah menjadi milik Widya, " ujarku sakratis. Kak Iman tersenyum simpul memperlihatkan lesung pipit di kedua pipinya. Sungguh mahluk ciptaan Tuhan yang sempurna, pantas saja dia jadi mahasiswa favorit. Dia memang pantas mendapatkan julukan Arjuna kelas sastra di  kampus kami. Lalu di kelasku ada Mus yang mendapatkan julukan Arjuna kelas Ekonomi, sekarang ditambah lagi Widya yang yang jadi primadona dan pasangan si Arjuna ini. Sampai mereka dapat julukan the romeo and juliet. Mengingat Mus dan Widya hatiku hancur lagi, sampai aku tidak mendengar Kak Iman memanggil namaku. Lalu dia menepuk pundakku hingga terlonjak.

"Ayo turun, melamun terus ..., akan kuberi tahu tau cara melupakan Mus, "ujarnya. Dia turun dari mobilnya begitu juga denganku meskipun tidak tahu mau kemana. Dia membawaku ke tepi sebuah danau. Lalu dia merentangkan tangannya dan berteriak sekeras mungkin.

"Ayolah, coba kamu lakukan seperti aku tadi selepas mungkin . Lepaskan segala apa yang ada di dalam hatimu, " ujarnya. Aku diam, lalu Kak Iman menarik tangan kananku dan menyuruh melakukan hal yang sama seperti apa yang dia lakukan barusan. Aku pun menuruti ucapan Kak Iman, aku merentangkan kedua tanganku dan berteriak sekeras mungkin melepaskan segala keresahan yang ada di dalam hatiku. Kak Iman melihatku lalu tersenyum, "Terus Rim, buang segala rasa kesal yang ada di dalam hatimu, " ujarnya. Perasaanku terasa jauh lebih baik, aku terduduk di rumput tepi danau dan menangis tidak peduli Kak Iman menatapku, aku menangis sepuasnya.

"Kamu Buang -buang energi menangisinya." Ujar Kak Iman pandangannya jauh menatap air danau yang jernih.

"Aku tau, aku bodoh ..., aku lemah dan tidak populer seperti Widya. Aku tau aku ini tidak sesempurna Widya, " ujarku sambil terisak, segala rasa sesak dan sakit menggelayut di hatiku. Kak Iman tertawa kecil lalu melempar beberapa kerikil ke danau membuat air danau beriak.

"Makanya Mus lebih memilih Widya, dia cantik populer, juara karate, tentu saja Mus memilih dia, " perkataan Kak Iman membuat hatiku semakin dongkol, 'Apa-apaan itu' batinku. Kak Iman lalu duduk di sampingku, "Oleh karena itulah aku ingin berada terus di sampingmu. Karena kamu lemah aku ingin melindungimu, tidak peduli kamu populer atau tidak itu tidak penting buatku, " ujarnya membuat mataku terbulat lebar dan menghentikan tangisanku. Jantung terasa berdetak kencang dua kali lipat .

"Untuk apa sempurna, cinta itu ada untuk menyempurnakan. Untuk apa populer toh kita bukan artis yang selalu setiap detik diiringi paparazi. Sejak awal aku melihat kamu masuk universitas, hatiku sudah terpaut oleh keanggunanmu, kamu yang lugu bahkan aku tau kamu menyembunyikan perasaanmu pada Mus. Kamu seperti buku yang terbuka lebar mudah ditebak mudah dibaca apa yang ada di dalam hati kamu, " ujar Kak Iman lagi kini dia menatap mataku, mata kami bersirobok aku melihat cahaya ketulusan di bola mata cokelatnya.

"A-apa maksud Kaka? " ujarku terbata. Dia meraih kedua tanganku, "Dengar aku akan membuat kamu melupakanya, aku akan membantu kamu menghapus semua angan tentang Mus. Aku Iman nurhalim yang akan mencintaimu hidup dan mati, berikan aku kesempatan Rima, " ujarnya.

"T-tapi bagaimana caranya? " ujarku masih tidak percaya dengan apa yang aku dengar, hatiku terasa kalut. Jantungku berdebar melihat Kak Iman mendekati wajahku, sekilas namun berarti dia mencium keningku.

"Aku tidak akan memaksakan kehendak padamu. Hanya saja biarkan waktu yang akan menjawabnya, aku yakin kamu bisa berpaling padaku dan melupakannya. Rima, aku akan selalu menunggumu ," ucapnya.
Gelenyar rasa hangat dan nyaman menyelimuti seluruh hatiku, belum pernah aku merasa sehangat ini bersama seorang laki-laki, ini berbeda dengan perasaan saat aku berada bersama Mus. Ini perasaan yang jauh luar biasa, aku benar-benar merasa hangat dan nyaman. Aku menarik napas panjang dan menatap Kak Iman.

"Kalau begitu bantu aku melupakanya, sihir aku agar aku bisa berpaling padamu Kak, " ujarku membuat mata Kak Iman berbinar.

  "As your wish, " ucapnya sambil tersenyum manis dan menggenggam tanganku erat, hangat.







Kuningan, 07/10/2015


Monday 5 October 2015

Mask

Mask

Oleh:  Irma putri syaepudin aka kelelawar absurd


Menyebalkan! Mereka tertawa melihat tubuhku berlumuran lumpur yang baunya melebihi timbunan busuk. Mereka tertawa terbahak-bahak sambil menunjuk padaku sepertinya mempermainkan seseorang merupakan hiburan yang memuaskan hati mereka semua, perlahan aku bangkit dari kubangan lumpur menjijikkan itu.

"Mau kemana hei bocah kecil! Apa mau mengadu pada ibumu?! Ow, aku takut sekali owh," Kemal. Berlaga ketakutan padahal dalam hatinya sedang bersorak gembira melihat aku terjatuh tadi ke kubangan lumpur menjijikkan setelah dia dan kedua sahabatnya menakutiku dengan pocong - pocongan. Mereka tahu aku penakut, besok ada pesta Halloween di sekolah makanya mereka mempersiapkan ini dari awal sengaja membuatku malu. Dan apa katanya bocah kecil? Aku gadis berusia 17 tahun, aku memang pendek dtapi bukan berarti seenaknya menyebut bocah kecil. Aku benar-benar benci pada Kemal, setiap hari seperti tidak ada pekerjaan selain menjahiliku. Ini tidak bisa dibiarkan! Aku juga harus membuatnya ketakutan dan terkencing di celana besok malam Ya, harus!

Jalanan kota Jakarta mulai macet, ini sudah pukul setengah sepuluh malam. Aku memutuskan mencari bahan untuk kostumku besok. Toko topeng menjadi pilihan, aku menyuruh Mang Kasim supirku berhenti di sebuah toko penjual berbagai macam aksesoris untuk Hallowen. Sepertinya penjaga toko itu sedang bersiap menutup tokonya, "Permisi, bisakah anda membuka tokonya kembali saya butuh beberapa aksesoris untuk Hallowen besok, " ujarku. Orang itu menghisap rokok dan membuangnya meskipun rokok itu masih panjang. Sepertinya dia tahu aku tidak suka dengan asap rokok, dia tampak berpikir sejenak sebelum membuka kembali pintu toko yang baru saja dikunci tanpa berkata apapun. Aku lega akhirnya bisa membeli aksesoris yang aku butuhkan untuk menghancurkan reputasi Kemal besok malam.

"Cepatlah nona kecil, aku harus segera pulang ke rumah, " ucap penjaga toko itu sambil duduk di kursinya. Aku mulai mencari sesuatu yang bisa membuat Kemal takut, tetapi alih-alih aku membeli malah ketakutan sendiri melihat kostum Halloween itu. Tiba di jejeran topeng aku melihat satu topeng kulit yang menyeramkan. Topeng itu berbeda dari yang lainnya, topeng kulit itu seperti hidup dan bernapas. Topeng itu seperti menyuruhku menyentuhnya, tangan kananku terjulur hendak menyentuh topeng kulit itu namun, sebuah tepukan keras mendarat di pundakku.

"Sudah dapat apa yang kau cari Nona kecil? " tanya penjaga toko itu yang hampir saja membuat jantungku copot dari rongganya.

"Y-ya, sepertinya sudah, aku ingin membeli topeng ini, " tunjukku pada topeng kulit di depan. Penjaga toko itu mendelik tidak suka," Tidak bisa Nona, topeng itu tidak kujual sebaiknya cari yang lain saja," ujarnya.

"Kalau tidak dijual untuk apa dipajang? Aku mohon berapa pun akan kubayar," ujarku mengambil dompet dari tas slempang dan mengambil beberapa uang ratusan ribu , aku korbankan uang jajan 1 bulan demi topeng ini . Penjual mengernyitkan dahi lalu menghembuskan napas keras ke udara.

"Baiklah jika kau memaksa, ambil saja itu gratis untukmu. Sepertinya topeng itu mau kau memilikinya Nona kecil, " ujarnya . Betapa bahagianya aku gratis katanya? Eh bukannya tadi dia enggan menjual topeng ini lalu, kenapa sekarang malah gratis? Ah aku tidak peduli yang penting aku yakin topeng ini bisa membuat Kemal ketakutan besok malam. Aku segera memasukan topeng itu ke dalam tas, sebelum aku melangkah meninggalkan toko itu si penjaga toko mengatakan sesuatu padaku.

"Hei, Nona kecil berhati -hatilah memakai topeng itu, topeng itu seperti benalu yang akan menempel dan tidak bisa dilepas, " ujarnya. Namun, aku tidak peduli apapun kata penjaga toko itu, yang penting aku bisa membalas dendam pada Kemal dan sahabatnya.

***
Malam Hallowen yang kutunggu tiba, aku sudah bersiap dengan kostum ala phantom dan topeng kulit pemberian si penjual toko. Sesaat setelah aku memakai topeng itu kepercayaan diri yang selama ini hilang entah kemana muncul. Aku yang biasanya pemalu hingga mendapatkan julukan 'Siput' dari Kemal pun merasa diriku adalah seorang yang terbaik malam ini. Semua orang memandangi diriku, entah karena apa aura yang kupancarkan setelah memakai topeng itu, mereka menatapku dengan tatapan takut seperti melihat sosok mmalaikat pencabut nyawa saja. Dan entah mengapa aku merasa malam ini aku bisa membuat Kemal ketakutan dan terkencing di celana bahkan mungkin lebih.

     "Lihat dia! Bukankah selama ini dia selalu membuatmu menangis? Untuk apa kau membuatnya hanya terkencing di celana ketakutan? Kau bisa melakukan lebih baik daripada itu. Misalnya menyingkirkannya ? "  topeng itu seperti memberikan ide bagus padaku, ya betul menyingkirkan babi gendut itu dari hadapanku untuk selamanya. Aku tersenyum lebar di balik topeng, Kemal terlihat berlari ke lantai  tiga gedung sekolah sepertinya dia hendak masuk kelas mungkin barangnya ketinggalan di kelas. Ini kesempatan emas untukku. Benar saja Kemal sedang melakukan sesuatu di kelas dia sedang melumuri kursi seseorang dengan cairan menjijikkan. Aku tahu itu bangku si murid baru yang memakai kacamata tebal, sama seperti aku dia kerap menjadi bulan -bulanan si babi gendut itu. Aku melangkah mendekati Kemal, kutepuk pundaknya dari belakang, dia tampak kaget saat melihatku. Lalu dia pura-pura tenang padahal sudah jelas aku melihat sorot ketakutan dari matanya.

"Kau mau apa? Kau pikir aku takut padamu?! Pergi sana jangan mengacaukan pekerjaanku," hardiknya. Aku menarik tangannya agar dia menatap mataku,"Tatap mataku! " ujarku lalu entah kekuatan darimana mata Kemal berubah menjadi merah. Padahal hatiku tidak tidak ingin mengatakan hal itu entah dorongan dari apa aku seperti menghipnotis Kemal.

"Jalan dan loncatlah dari sana! " sekali lagi aku tidak bermaksud seperti itu tapi mulutku mengatakan hal itu pada Kemal. Seperti kerbau dicocok hidung Kemal menuruti perintah yang aku ucapkan, dia berjalan mendekati pembatas dan menaikinya. Lalu secepat kilat ia menjatuhkan dirinya ke lantai satu. Semua orang menjerit histeris melihat Kemal berlumuran darah. Setelah itu aku baru tersadar dari apa yang aku lakukan, aku panik dan berlari meninggalkan sekolah secepat yang aku bisa. Aku berusaha melepas topeng itu dari wajah ku tetapi topeng itu seperti diberi lem susah sekali aku lepaskan. Bagaimana ini? Aku sudah membunuh Kemal? Aku tidak mau memakai topeng ini! Tidak mau!


Selesai

Kuningan, 06 September 2015




Thursday 1 October 2015

Cinta

Burung -burung camar
Sang mentari membuka mata
hangatnya teduhkan jiwa
jiwa yang kering kerontang merana
mendamba sentuhan sang pesona

Burung -burung camar menari
bernyanyi lagu pemikat hati
terbang di angkasa bagaikan peri
bawa asa-ku ke jantung matahari

Burung - burung camar bawa rinduku
jangan biarkan dia berlalu
jangan biarkan semua menjadi debu
jangan biarkan semua jadi serpihan masa lalu

Burung - burung camar kepakan sayapmu
pergilah bawa separuh cintaku
biarkan dia tau bahwa diriku tersiksa menahan rasa di kalbu
burung - burung camar sampaikan salamku
kini kusakit karena merindu  ....


Kuningan, 03/06/15

***
Dandelion

Aku hanya semak belukar
hanyalah sejumput rumput liar
tak harum seperti melati atau seindah bunga mawar

Kemana hembusan bayu menerbangkanku
kesanalah tubuhku pergi
dimana air mengalir dari hulu ke hilir
disanalah kan kurajut mimpi dan takdir

saat kecil aku dipangku ibu
sudah besar aku dihempas bayu
entah kemana dia kan membawa tubuhku
menjadi semak belukar atau kembali ke pangkuan ibu

aku Dandelion dari masa lalu
terbuang setelah gugur dicumbu
tergoda bujuk kumbang perayu
lalu terbang liar menjadi kupu-kupu
melayang di malam kelabu
menjadi pemikat hati yang dilanda rindu
melayani kumbang gila nafsu

Ah betapa aku rindu dekapan ibu  ....


Kuningan, 03/06/15

***

Definisi Cinta

Cinta adalah sebuah pohon
tumbuh dari benih bernama asmara
berdaun rimbun kerinduan
berbatang setia dan berbuah sayang
berbunga rasa cemburu dan sedikit egois
namun tetap kokoh dengan akar kejujuran
dan disirami dengan pupuk kepercayaan

Cinta hadirnya seperti petir
misterius seperti sihir
keberadaannya adalah takdir
menyingkirkan segala tabir
membuat insan tak dapat berpikir

Cinta berawal dari tatapan mata
merasuk ke dalam sanubari dan jiwa
menggetarkan segala rasa
Namun apabila nafsu ikut menyertainya
cinta entah kemana kan bermuara
terjaga dengan penuh bangga
ataukah ternodai dengan hina?

Cinta laksana api
membuat hangat atau bahkan menghanguskan
hadirkan berjuta ketenangan
namun perginya membuat keresahan

Kuningan, 03/06/15

***

Janji sekeping hati

Jiwa ini kering merana
terdampar dalam lautan bernama hampa
terjebak dalam puing -puing dosa
meninggalkan cinta yang menunggu dengan setia
dua orang saling membagi cinta
berjanji akan selamanya setia
seperti Shinta yang selalu menunggu datangnya Sri Rama

disana awal dan akhir dari mimpi
ketika saling menggenggam jari jemari
bertemu lalu saling berucap sehidup semati
meninggalkan kisah sekeping hati

mencintai sangat dalam
lalu janji hilang tertelan waktu dan alam
menunggu bisu di senja temaram
merindukan mata sekelam malam

sekeping hati kini hancur
menunggu kasih hingga ujur
waktu yang sudah habis terlanjur
tinggalah raga yang kaku terbujur
karena terlalu cinta lupa bersyukur
sekeping hati kini lebur


Kuningan, 03/06/15





Rindu semu

Rindu semu

Karya: Irmawati

Pertama berjumpa lewat maya,
kutitip kasih lewat nada,
Bercumbu rayu dalam fatamorgana,
Dimabuk candu dewa asmara.

Harus kemana kubawa rindu,
Rinduku setinggi puncak Merbabu,
Haruskah ku kejar kau ke pulau melayu,
Atau kutitipkan saja pada sang bayu.

Terjebak dalam retorika waktu
Rintihan pilu di dalam kalbu
Tersiksa dalam tabir dan belenggu,
Resah gelisah terkurung rindu.

Jika saja aku kupu-kupu,
Ku ingin terbang jauh menjemputmu.
Ku ingin datang mendekapmu,
Bermanja hangat penuh rayu.

Wahai dewi malam sampaikan salamku,
Disini aku terus menunggu,
Meski dirimu hanyalah semu,
Namun cintaku bukanlah palsu.


Harimau dan kura-kura

Hikayat Harimau dan Kura-kura
Ini adalah kisah zaman dahulu dan diceritakan kembali pada zaman sekarang, berharap bisa menjadi tauladan. Mengambil sisi positifnya dan membuang sisi negatifnya, kisah tentang Harimau yang licik dan Kura-kura yang cerdik.

Di sebuah hutan lebat, tempat berbagai spesies hewan dan tumbuhan, kisah ini berawal. Adalah seekor harimau jantan yang tamak dan juga sombong, semua binatang takut padanya. Dia menyebut dirinya sang Raja rimba, dan tidak seorang pun takut padanya. Harimau jantan itu tengah dilanda kebingungan, kemarau panjang datang melanda. Sumber mata air mulai kering begitu pun makanan, dia lapar tetapi bingung harus memakan apa.

"Bagaimana ini? persediaan makanan sudah habis perutku lapar," katanya sambil berjalan gontai menyusuri hutan belantara. Saat ia sedang asyik berjalan , tiba-tiba ia mendengar suara binatang lain sedang membicarakannya, ia pun bersembunyi di semak-semak sambil mendengar diam -diam.

"Kemarau melanda, persediaan makanan kita sudah menipis bagaimana ini? apa kalian punya ide? " tanya Monyet.

"Iya betul persediaan makananku pun sudah habis , dimakan harimau yang tamak. Mau mencari kemana lagi kita? " ujar Kepiting  yang kemudian disetujui para binatang lain. Memang benar persediaan makanan mereka untuk kemarau yang panjang telah ludes dimakan Harimau yang rakus dan tamak. Para binatang bingung, sementara mereka tidak tahu kapan kemarau berakhir. Dan mereka tidak menemukan tempat yang masih banyak terdapat makanan, tidak mungkin mereka ke tempat para manusia berada, mereka takut penduduk akan marah dan memburu mereka. Hutan tempat mereka tinggal sebagian sudah gundul, akibat ulah para manusia yang menebang pohon, tanpa mau menanamnya kembali. Harimau begitu marah mendengar mereka yang membicarakan tentang dirinya dan mengatakan kalau dia rakus dan tamak.





"Lihat saja ,apa yang akan aku lakukan pada kalian semua, " ucap Harimau sambil merencanakan sebuah jebakan.


Keesokan harinya, saat para binatang sedang berkumpul bersama, Harimau datang sambil berkata, "Kalian semua! Dengarkan! Aku akan mengadakan sebuah lomba unjuk kekuatan. Siapakah diantara kalian yang mau melawanku!? Jika aku kalah, maka aku tidak akan mengganggu kalian lagi dan memberikan persediaan makanan yang kupunya pada kalian. Tetapi, jika kalian yang kalah, kalian semua yang ada disini akan jadi santapanku! " Harimau tertawa terbahak. Semua terdiam, bingung harus melakukan apa, mereka takut jadi santapan Harimau tetapi mereka juga tidak berani beradu dengan Harimau yang jahat.

"Aku mau bertanding denganmu Harimau, jelaskan padaku apa jenis perlombaannya? " tanya Kura-kura, membuat semua binatang kaget. Si Kura-kura kecil dan lambat itu berani menerima tantangan si Harimau yang buas? semuanya kesal sekaligus senang, kesal karena bagaimana caranya seekor Kura-kura kecil dan lambat menghadapi Raja rimba yang buas? bagaimana jika kalah?  mereka semua akan jadi santapan sang Harimau. Tetapi, mereka senang akhirnya ada yang berani melawan sang Harimau.

"Kau!? Kau yang akan melawanku? apa tidak salah? Kau lambat, kecil, dan rapuh. Apa aku tidak salah dengar? " Harimau tertawa terbahak tidak percaya dengan apa yang di dengarnya. Kura-kura kecil dan lamban mau beradu dengannya, Harimau tertawa menghina dia senang Kura-kura masuk jebakannya, memang selama ini hanya Kura-kura yang selalu berani padanya. Jika yang lain takut dan selalu memberikan makanan mereka, maka beda dengan Kura-kura tidak pernah menuruti perintahnya, malah membagikan makanannya pada binatang lain.

"Kura-kura, jangan bercanda nasib kami semua ada di tanganmu. Bagaimana jika kalah tamatlah riwayat kita semua!" ucap Monyet kesal.

"Aku tidak bercanda dan aku menerima tantangan Harimau, percayalah kalian semua padaku. Dan kau Harimau katakan apa perlombaan itu?" ujar si Kura-kura tenang.

Harimau berhenti tertawa, lalu ia berkata, "Baiklah, tidak apa -apa melawanmu saja,  perlombaannya ialah kita unjuk kekuatan siapa yang tahan dibakar hidup -hidup tanpa terluka dialah pemenangnya," ujar Harimau, semua kaget dengan jenis perlombaan yang Harimau katakan. Apakah Kura-kura bodoh mau mengikuti adu kekuatan itu?

"Nah, bagaimana Kura-kura apakah kau setuju? dengan perlombaannya? " tanya Harimau pada si  Kura-kura.

Dengan tenang Kura-kura menjawab, "Baiklah kuterima tantangan darimu, kapan kita mulai perlombaan itu?"

"Besok kita mulai, sekarang, kalian semua kumpulkan kayu bakar sebanyaknya untuk perlombaan besok, " perintah sang Raja rimba lalu dia pun pergi, sementara yang lain meninggalkan Kura-kura sendirian.

"Lebih baik Kau jangan gegabah Kura-kura," ujar Burung pelatuk merasa khawatir pada sahabatnya.

"Tidak apa-apa, percayakan semua padaku, aku tidak mungkin membuat kalian jadi santapan si Harimau yang keji, " Kura-kura meyakinkan sahabatnya si Burung pelatuk.

Sementara itu, Gajah dan Kancil yang sedang mencari kayu bakar merencanakan untuk kabur dari hutan itu, "Kancil, sebaiknya kita kabur sejauh mungkin. Aku yakin si Kura-kura akan kalah dan kita semua akan jadi santapan Harimau, " ucap Gajah pada kancil.

"Iya kau benar sekali Gajah, kita pergi saja sejauh mungkin, sekarang! Jangan hiraukan yang lain. Aku masih ingin hidup, " Kancil ketakutan. Mereka pun langsung berlari secepat mungkin meninggalkan hutan, mereka takut Kura-kura akan kalah.

Di tempat lain, Harimau tengah tertawa puas karena yakin besok si Kura-kura akan kalah dan dia kenyang memakan semua binatang.


Esok hari yang cerah, semua binatang berkumpul. Di tengah hutan yang sedikit lapang, di hadapan mereka sudah ada dua gundukan kayu bakar untuk perlombaan Kura-kura dan Harimau. Semua yang percaya pada Kura-kura berdoa semoga sahabat mereka bisa menang.

"Semuanya, kita mulai saja acara uji kekuatan, siapa yang akan dibakar terlebih dahulu, aku atau kau kura-kura? " tanya Harimau.

"Aku saja duluan Harimau," Kura-kura maju ke depan, masuk kedalam tumpukan kayu bakar kering, semua yang ada disitu harap-harap cemas.

"Jika kau sudah siap aku akan membakarmu! hei Kura-kura!" ujar Monyet sebagai juri perlombaan.

"Apa kau siap? " tanya Harimau.

"Belum, tunggu sebentar aku sedang menggaruk perutku yang gatal, " ujar Kura-kura dari dalam tumpukan kayu, padahal sebenarnya si Kura-kura yang cerdik tengah menggali lubang di tanah.

"Apa sekarang kau siap? " tanya Harimau yang tidak sabar mencicipi Kura-kura bakar.

"Tidak, sebentar lagi, aku masih menggaruk perutku yang gatal, beri aku waktu, " ujar si Kura-kura sambil terus menggali tanah hingga dalam. Setelah dirasa cukup dalam, kura-kura berteriak, "Aku siap! Bakarlah kayunya! " Lalu Harimau membakar kayu di hadapanya. Sedangkan si Kura-kura bersembunyi di lubang yang telah dibuatnya, api berkobar membakar tumpukan kayu kering, semua binatang sedih dan takut jika Kura-kura mati. Tiba-tiba terdengar suara seperti letusan benda keras, membuat semua berpikir kalau itu cangkang Kura-kura yang terlepas.

"Itu pasti cangkangnya!" ujar Harimau tertawa terbahak. Padahal itu adalah suara letusan kayu bambu yang terbakar, kemudian terdengar letusan lagi, yang mereka pikir itu bunyi suara letusan perut si Kura-kura. Harimau semakin tertawa puas, dia senang bisa memakan daging Kura-kura bakar.

Setelah semuanya terbakar habis, tinggalah abu dan arang,"Mari semua kita lihat apakah dia masih hidup! " seru Harimau. Monyet pun membersihkan abu dan arang yang mulai mendingin. Tiba-tiba, munculah Kura-kura dari dalam tumpukan abu dan arang, Monyet terkejut.

"Kura-kura masih hidup!" teriak Monyet. Semua binatang terkejut sekaligus senang Kura-kura selamat, itu artinya mereka juga selamat dari ancaman sang Harimau,  benar saja Kura-kura muncul tanpa lecet sedikit pun juga, Harimau benar -benar tidak menyangka Kura-kura akan selamat. Dia pun bingung, sekarang adalah gilirannya. Jika dia kabur, maka akan ketahuan jika perlombaan itu bohong hanya untuk menjebak Kura-kura.

"Kura-kura sudah membuktikan kalau dia tahan dibakar, sekarang giliranmu Harimau! " ucap Burung pelatuk. Mau tidak mau Harimau menuruti ucapan Burung pelatuk, dia pun masuk kedalam tumpukan kayu bakar kering.

"Apa kau siap Harimau? " tanya Monyet.

"Belum, aku sedang menggaruk perutku, " ujar Harimau sambil menggaruk perutnya, dia pikir dengan ritual garuk perut dia akan selamat.

"Kau siap? " tanya Monyet sekali lagi.

"Belum, aku masih menggaruk perutku!" ujar Harimau. Perutnya digaruk hingga lecet, lalu setelah beberapa menit ia menyudahi ritual garuk perutnya.

"Baiklah, Aku siap! " teriaknya.  Kayu pun mulai dibakar dan perlahan menjalar kemana -mana. Harimau yang tamak dan kejam pun terbakar, dia mati karena ulahnya sendiri. Berharap bisa membakar Kura-kura dan memakannya tetapi Kura-kura yang ia anggap lemah dan bodoh justru cerdik. Dan bisa mengalahkan sang Raja rimba yang rakus dan tamak, setelah semua kayu terbakar, tinggal abu dan arang yang dingin, Semua binatang memeriksa keadaan Harimau. Dan ternyata tinggalah tulang belulang Harimau belaka, semua binatang bersorak girang akhirnya sang penguasa rimba yang sering menindas mereka kalah, dan terbakar habis akibat ulahnya sendiri.

"Kita semua sudah bebas, sekarang ambilah persediaan makanan yang dulu dicuri dari kalian oleh Harimau. Jangan dihabiskan pakai saja seperlunya, " ujar Kura-kura. Lalu mereka pun mengambil makanan seperlunya, dan mengucapkan banyak terima kasih pada Kura-kura.

Kura-kura mengambil salah satu tulang Harimau, "Aku akan membuat seruling dari tulang ini, suling pengingat jika ketamakan tidak akan abadi. Tapi, bagaimana caranya aku melubangi tulang ini? Aku tidak punya alat apapun, " ujar Kura-kura bingung. Dia pun meminta bantuan para sahabatnya Burung pelatuk dan Kumbang hitam.

"Para sahabatku, aku ingin membuat seruling tetapi aku bingung bagaimana cara melubanginya, " ujar Kura-kura.

"Karena kau penyelamat kami, maka kami akan membantumu, serahkan saja pada kami hai Kura-kura," kata Burung pelatuk dan kumbang hitam. Akhirnya, burung pelatuk melubangi tulang harimau dibantu oleh kumbang hitam. Hingga terciptalah sebuah seruling yang indah.

"Terima kasih sahabatku, telah membantuku membuat seruling ini, Aku akan meniupkannya untuk kalian, " Kura-kura pun meniup serulingnya.

Suling aing suling tulang maung
diketrokan ku caladi
diliangan ku bangbara ....
teretet haung teretet haung

artinya :
serulingku terbuat dari tulang harimau
dibuat oleh Burung pelatuk, dilubangi oleh kumbang
teretet haung teretet haung.


Setiap hari Kura-kura meniup serulingnya. Indah dan membuat penghuni hutan senang dan merasa damai. Monyet merasa iri, terlebih semua penghuni hutan membanggakan Kura-kura dan serulingnya. Kura-kura dianggap pahlawan karena telah mengalahkan si Raja rimba dengan kecerdikannya, sehingga mereka bisa mengambil kembali persediaan makanan yang dicuri oleh Harimau.

"Hei! Kura-kura! aku ingin meminjam serulingmu barang sebentar, bolehkah? " tanya Monyet suatu hari.

"Maaf, aku tidak bisa meminjamkan seruling ini padamu, " Kura-kura ragu.

"Kau ini, pelit sekali pada temanmu sendiri! Sebentar saja. Kalau kau tidak percaya saat kutiup serulingmu kau peganglah ekorku, " Monyet meyakinkan Kura-kura. Akhirnya Kura-kura pun memberikan serulingnya pada Monyet, dan sesuai perjanjian Monyet, dia pun memegang ekor si Monyet.

"Hei Kura-kura jangan kau pegang ekorku yang itu. Di sebelah sana bisul dan sakit bila dipegang," kata Monyet berdalih. Kura-kura menurut ia geser pegangannya, tiba-tiba Monyet berteriak lagi, "Hei! Jangan disitu, ada bisulnya sakit! " ujar Monyet kembali. Kura-kura memegang ujung ekor Monyet dan secepat kilat Monyet berlari,  cepat bergelantungan dari pohon ke pohon membawa kabur seruling Kura-kura. Monyet menipu Kura-kura padahal ekornya baik -baik saja, itu hanya akalnya agar bisa lari membawa seruling Kura-kura.

Kura-kura sedih serulingnya hilang, tidak bisa menghibur lagi para sahabatnya. Datanglah Kepiting dan Udang yang kebetulan melihat sang Kura-kura tengah bersedih.

"Kau kenapa Kura-kura? "tanya Kepiting.

"Aku sedih, serulingku dibawa kabur Monyet dan aku terlalu lamban untuk mengejarnya, " ucap Kura-kura.

"Kami berdua bisa membantumu, mengambil kembali seruling itu dari tangan Monyet. Tetapi, ada syaratnya, " ucap Udang.

"Benarkah? Apa syaratnya? " tanya Kura-kura.

"Kami tidak mau menolong  tanpa dibayar, berikan kami hadiah, "ujar Kepiting. Kura-kura berpikir sejenak kemudian ia berkata, " Baiklah  ... akan kuberikan 100 ekor kerbau, "ucap Kura-kura.

"Setuju!" ujar mereka berdua serempak.


Keesokan harinya, Monyet sedang asyik meniup seruling di atas batu di pinggir sungai. Karena terlalu asyik meniup seruling, tanpa sadar Kepiting dan Udang sudah berada di belakangnya. Lalu Kepiting mencubit  pantat si Monyet dengan kedua capitnya yang tajam, Monyet kaget, lalu serulingnya terlempar. Kemudian dengan cekatan Udang mengambilnya, Monyet berlari kesakitan, Udang dan Kepiting membawa seruling itu kembali pada Kura-kura.

"Kura-kura! Ini serulingmu, mana janjimu memberikan kami 100 ekor kerbau, " tagih Kepiting.

"Pergilah! Ke sawah milik Pak tani kerbaunya ada di sana, " ujar Kura-kura, tentu saja kerbau itu ada, karena kerbau itu milik Pak tani.

Kepiting dan Udang dengan semangat menuju sawah yang dimaksud Kura-kura, kerbau -kerbau itu ada di sana, lalu Udang dan Kepiting membagi tugas menggiring para kerbau, Kepiting dari depan dan Udang dari belakang. Namun,  sialnya punggung Kepiting terinjak kaki kerbau hingga sekarang bukankah kita sering lihat kepiting punggungnya sedikit cekung ke dalam? Lalu kerbau itu membuang kotoran, hingga kotoran kerbau itu mengenai si Udang. Makanya sering kita lihat udang kotorannya di kepala, hingga ada istilah 'Otak udang ' yang artinya bodoh.


Begitulah, hikayat Kura-kura yang cerdik. Semoga kita bisa mengambil pelajaran dari cerita ini, bahwa kita tidak boleh menyepelekan seseorang dari penampilan saja, seperti harimau yang menyepelekan kura-kura yang menurutnya lamban. Juga Monyet yang mengambil barang yang bukan miliknya, Kepiting dan Udang yang menolong dengan pamrih dan ingin dibayar, padahal alangkah baiknya kita menolong sesama tanpa harus dibayar atau tanpa pamrih.


                                  
TAMAT
catatan : caladi =burung pelatuk dalam bahasa sunda
bangabara = kumban hitam dalam bahasa sunda. kumbang ini biasanya sering terlihat melubangi kayu
teretet haung -teretet haung =bunyi yang dihasilkan seruling si kura-kura dalam cerita diatas seperti dituturkan pencerita.


Wednesday 19 August 2015

Slendrina

Parade horror

Slendrina

by: Irma

Selamat datang! Ini adalah game berbahaya, hanya yang bernyali yang bisa memainkanya, apakah anda siap?!

   Disana ada sebuah labirin kematian, sudah 3 orang temanku yang masuk kesana lalu belum kembali hingga sekarang, aku tidak tahu kenapa mereka mau mengikuti permainan konyol ini. Awalnya Anna yang mengajak kami berada disini. Dia menemukan sebuah peta harta karun secara tidak sengaja, yang menunjukan tempat aneh ini, sebuah labirin raksasa, kami penasaran dengan harta karun yang diceritakan Anna. Aku menolak ikut bersama mereka menelusuri labirin ,karena aku yakin ini hanya sebuah jebakan, tetapi mereka lebih mempercayai ucapan Anna yang begitu antusias dan yakin dengan harta karun itu. Lalu mereka menemukan petunjuk, jika ingin keluar dari labirin itu mereka harus menemukan sebuah kunci emas, Anna, Delon, dan Samuel telah masuk ke dalam labirin itu dan mereka belum kembali. Aku khawatir dan berniat mencari mereka, disinilah aku sekarang di depan sebuah pintu masuk menuju labirin raksasa yang gelap. Di hutan yang entah dimana, jauh dari jangkuan manusia. Aku sudah memantapkan hatiku ya aku sudah mantap!

    "Gelap sekali, kemana aku harus mencari Delon dan yang lain," ucapku sambil berjalan menyusuri lorong labirin dengan senter yang tidak lepas dari genggaman tanganku. Tembok-tembok labirin yang tua dan rapuh, berlumut dan banyak debu bertebaran membuat sesak. Aku melangkahkan kakiku perlahan, menyusuri lorong berharap bertemu salah satu dari sahabatku. Tetapi, satu yang mengganjal pikiran dan hatiku, sejak tadi aku melangkah aku merasa seseorang mengawasiku. Semakin lama semakin jauh, aku menemukan sebuah pintu kayu, lalu mendorongnya perlahan berharap menemukan salah satu sahabatku.

    "Anna? Kaukah itu? Anna kenapa kau berada disini? Mana yang lain?" tanyaku pada sosok perempuan dengan rambut panjang tergerai yang membelakangiku. Dari postur tubuhnya seperti Anna, tetapi dia memakai gaun putih. Sejak kapan Anna yang tomboy memakai gaun? Lalu aku mendekatinya memberanikan diri. Saat bersamaan dia memalingkan wajahnya, betapa kagetnya aku, dia bukan Anna sahabtku. Wajahnya rusak penuh luka, bola matanya seperti hendak keluar, mulutnya menganga mengeluarkan darah dan belatung. Lalu tanganya berusaha meraih leherku, dengan sekuat tenaga aku lari dari ruangan itu , aku harus menyelamatkan diriku. Tempat apa ini? Dan mahluk apa itu? Sahabatku, mereka ada dalam bahaya! Nafasku tersengal, aku terbatuk beberapa kali sambil mengatur nafasku yang hampir habis. Sudah sangat jauh dari tempat tadi , aku merasa sedikit lega karena mahluk mengerikan itu tidak mengejarku. Saat aku hendak melangkah, kakiku rasanya menginjak sesuatu,"Ini senter Delon! Lalu dimana dia sekarang? Aku yakin dia berada di sekitar sini." Lalu dengan langkah tergesa aku mencari keberadaan Delon, di sebuah tikungan aku menemukan lorong lain. Dan hatiku mengatakan aku harus kesana, aku memanggil nama Delon berharap dia membalas panggilanku. Tapi sudah sejauh ini aku tidak menemukan apapun, dimana Delon? Aku mulai putus asa, lalu tiba-tiba aku mendengar suara perempuan menangis. Dan aku yakin itu suara Anna, "Anna! Kau dimana!" teriakku.

     "Ella! Kau kah itu? Aku disini cepat tolong aku Ella!" sekarang semangatku kembali berkobar, Itu benar-benar suara Anna. Aku berlari dan saat aku melewati sebuah pintu, Anna sedang terbaring di lantai mengerang kesakitan. Kakinya terluka.

     "Anna! Kau kenapa? Kenapa bisa seperti ini? Astaga dimana yang lain?" tanyaku, aku membantunya berdiri. Anna meringis kesakitan,"Delon ... Dia sudah mati, Ella. Saat kami mencari kunci emas itu dia mati Ella, lalu Samuel ... Saat kami menemukan peti kayu, dan menemukan kunci emas itu, disana terdapat sebuah kertas mantera yang menyatakan siapapun yang masuk labirin ini tidak akan selamat," ucap Anna menahan sakit.

     "Dan kunci emas itu, adalah kunci kutukan. Siapapun yang menemukan kunci itu maka dia telah membangunkan Slendrina. Dia arwah penasaran Ella. Dan sekarang Samuel pergi setelah membunuh Delon," tangis Anna pun pecah, aku memeluknya.

     "Apa maksudmu?" tanyaku.

      "Setelah menemukan kunci itu, Samuel seperti kerasukan. Dia membunuh Delon dengan pisaunya, dan ingin membunuhku. Namun, aku berhasil kabur. Aku yakin kunci itu jalan keluarnya, kita harus mencari Samuel, " ujar Anna. Permainan gila apa ini? Akhirnya aku dan Anna melanjutkan perjalanan mencari Samuel. Sesekali Anna terjatuh karena kakiknya terluka parah, saat langkah kami semakin jauh, kami berhenti di sebuah persimpangan, lalu kami memilih jalur Kanan, berharap menemukan pintu keluar, namun hasilnya nihil. Akhirnya kami kembali dan memilih jalur kiri, disana kami menemukan setitik cahaya, dan kami yakin disana pintu keluarnya. Tapi, sebelum kami menjangkau tempat itu, Samuel sudah berdiri memegang sebuah kapak. Matanya nyalang menatap kami berdua.

     "Kau tidak akan bisa keluar dari tempat ini!" ujarnya, Samuel menyerang kami tiba-tiba. Anna dan aku terpaksa terpisah, aku berusaha menyelamatkan diri begitu pun Anna.

     "Sam! Hentikan!" teriakku. Namun Samuel seperti sudah tertutup hatinya ia terus berusaha membunuh aku dan Anna. Anna melawan Sam dengan sekuat tenaga ia memukul Sam dengan tasnya. Isi tasnya berhamburan, Anna jago bela diri, meskipun kakiknya sakit ia menendang Samuel hingga terjatuh dan kapaknya terlepas, lalu dengan sigap aku mengambil kapaknya.

     "Bunuh dia Ella! Ambil kuncinya!" teriak Anna.

      "Tidak Anna! Sam sahabat kita," ujarku. Sam berusaha terbangun dari jatuhnya. Anna merampas kapak itu dari tanganku, dan secepat kilat ia mengayunkannya pada Sam, kepalanya terbelah dua, aku menjerit. Anna bersimbah darah, lalu Anna mengambil sebuah kunci emas dari saku baju Samuel.

     "Tidak! Anna jangan sentuh kunci itu!" teriakku, namun terlambat Anna sudah menggenggam kunci itu. Anna berteriak keras, lalu badanya bergetar, Anna menatap tajam padaku, tatapan yang kulihat beberapa waktu lalu saat sebelum Sam meninggal, tamat sudah riwayatku.






Selesai
Kuningan,20/08/2018





Thursday 13 August 2015

Beri aku maaf

Beri Aku MaafBy : Irma putri syaepudin

"Dengarkan penjelasanku Lisa! Aku mohon ...." Wahyu menarik pergelangan tangan Lisa, kekasihnya. Wajah putih Lisa seperti besi yang dibakar merah menahan amarah, Wahyu bersimpuh di hadapan Lisa memohon maaf dan berharap hati perempuan 25 tahun itu luluh.

"Lepaskan tanganku! Aku muak mendengar semua kata-kata yangkeluar dari mulutmu, Wahyu! "

 jerit Lisa sambil mencoba melepaskan diri dari genggaman tangan Wahyu. Wahyu bingung harus bagaimana lagi menjelaskan semuanya pada Lisa, dia tidaktahu jika menerima ajakan Mala untuk makan siang bersama membuat kekasihnya semurka ini, padahal Mala hanya mantan pacarnya dan Wahyu sudah tidak memiliki perasaan apapun padaMala. 

Hatinya, cintanya, bahkan nyawanya ia rela berikan demi Lisa."Lisa, kami hanya makan siang bersama, tidak lebih. Kamu kan tau pacarku sekarang ya kamu, lagipula sebentar lagi Mala akan menikah, " ujar Wahyu. Dengan sekuat tenaga Lisa melepaskan tangannya dari Wahyu, matanya tajam menatap sang kekasih."Dengar! Aku tidak mau lagi mendengar alasan apapun dari kamu!Aku capek, aku lelah, ternyata benar omongan teman - temanku. Kau masih berharap pada Mala, bukannya kita sudah berkomitmen tidak akan saling menemui mantan masing - masing? Kamu lupa komitmen kita?! Mulai detik ini jangan pernahhubungi aku lagi, kita putus! " Lisa meninggalkan Wahyu yang tertegun dan tidak tahu lagi harus berbuat apa untuk meyakinkan Lisa, harusnya dia ingat komitmen yang mereka buat, harusnya Wahyu tahu jika Lisa pencemburu. Langit biru mendadak mendung, disertai angin kencang dan gemuruhnya petir, hati Wahyu sekarang remuk redam tidak berbentuk.

***

Awal bulan November, terasa sesak bagi Lisa. Ia menatap keluar jendela membiarkan tetes hujan menerpa wajahnya, sudah sebulan sejak pertengkarannyadengan Wahyu. Lisa pergi meninggalkan Wahyu dan juga kota Jakarta, ia pun tidak berpamitan pada Wahyu kalau dia akan pergi ke Palembang, dia hanya berpesan pada ibunya jika Wahyu datang jangan pernah mencari dimana dirinya. Lisa menonaktifkan segala hal yang berhubungan dengan komunikasi, telepon genggamnya terletak begitu saja tidak pernah ia sentuh. Arman, paman Lisa hanya bisa pasrah melihat kegalauan keponakannya itu, dia tidak tahu harus berbuat apa. Malam itu sepi, Arman beserta istrinya pergi ke rumah mertuanya yang lumayan jauh dari kediaman mereka. Tinggalah Lisa sendiri di rumah, Lisa tengah menonton televisi di ruang tengah, matanya enggan terpejam, pikirannya melayang ingat pada Wahyu. Air mata menetes dari kedua pipinya yang putih , sejak putus dengan Wahyu hari - harinya terasa penat. Tidak ada lagi senyum dan canda tawa, biasanya Wahyu meneleponya dan membuatnya tertawa. Suara ketukan pintu menginterupsi lamunanya, membuat Lisa terkejut dan segera membuka pintu melihat siapa orang yang bertamu tengah malam di cuaca buruk seperti itu. Pamannya bukankah ingin bermalam dirumah mertua? Tapi bisa saja pamannya pulang lebih awal, akhirnya Lisa membuka pintu yang sejak tadi diketuk, Lisa terkejutmelihat sosok di hadapanya. Wahyu dengan wajah pucat pasi, rambut dan wajahnya basah kuyup, di luar hujan turun begitu derasnya. Wahyu tersenyum, senyum hangat yang selama ini Lisarindukan.

"Ka - kamu kenapa bisa ada di sini? Kapan kamu datang? " ujar Lisa terbata. Wahyu tersenyum lagi lalu menggenggam kedua tangan Lisa. Menatap matanya yang sembab, Wahyu mengelus rambut kekasihnya."Maafkan aku, maaf Lisa sayang. Aku bodoh dan brengsek! Harusnya aku ingat komitmen kita, aku melukai perasaanmu Lisa," ujar Wahyu meneteskan air mata. Lisa terenyuh dengan perkataan Wahyu. Wahyu tidak selamanya salah, dia pun salah egois. Padahal itu hanya masalah sepele tidak perlu mereka putus lalu saling menyalahkan satu sama lain. Lisa memeluk kekasihnya, tubuh Wahyu sedingin es. Lisa menangis dan meminta maaf pada Wahyu, ia merasa bersalah pada kekasihnya itu. Tidak seharusnya seperti ini, "Aku juga minta maaf, aku egois. Maaf ... Maafkan aku Wahyu, " ujar Lisa."Terima kasih, Lisa ...." bisik Wahyu, lalu entah mengapa kepala Lisa terasa berdenyut, dunia terasa berputar tubuhnya terasa berat. Matanya berkunang - kunang, lalu semuanya terasa gelap. Nafasnya tersengal, denyut jantungnya terasa berhenti.

***

"Lisa, bangun sayang! Bangun Nak, ""Lisa, bangun Lisa, "Lisa mengerjapkan matanya beberapa kali, pertama kali dilihatnya wajah sang ibu dan pamanya. Tidak ada Wahyu hanya Ibu dan Pamanya yang menatap cemas."Bu, mana Wahyu? " tanya Lisa. Alih - alih menjawab ibunya malah menangis tersedu, Lisa bingung kenapa ibunya menangis? Dan kapan ibunya datang ke Palembang?"Sabar ya Nak, ini sudah kehendak Tuhan. Ibu harap kamu melepaskan Wahyu, mengikhlaskan kepergian Wahyu, " ujar ibunya. Lisa bertambah bingung, sebenarnya apa yang terjadi? Kenapa? Ada apa dengan Wahyu?"Apa maksudnya?" tanya Lisa."Lisa, Wahyu sudah pergi. Ia meninggal dunia dalam kecelakaan pesawat dua hari lalu, dia mau menyusul kamu kesini, tapi sayangpesawatnya menabrak awan Cumulonimbus, Paman kemarin menemukan kamu pingsan di depan pintu. Paman pikir itu karena kamu terlalu kaget mendengar berita tentang Wahyu, kamu pingsan sudah 2 hari, " ujar Arman. Seketika tubuh Lisa terasa lemas, wajahnya memucat, tidak percaya pada kabar yang disampaikan Pamanya. Lisa bergetar, bibirnya terasa kelu dan matanya sudah tidak bisa lagi membendung air mata yang sejak tadi mendesak ingin tumpah. Lisa menangis sekencang - kencangnya, ia menyesal memutuskan Wahyu , meninggalkan Wahyu."Jadi, Wahyu meninggal dua hari lalu, tapi paman, semalam dia datang padaku meminta maaf, " ujar Lisa.

"Tidak mungkin, Lisa. Wahyu meninggal dunia dua hari lalu, semalam tidak ada siapa pun yang datang, dan dari kemarin kamu pingsan baru sadar sekarang, " ujar Arman. Lisa menutup mulutnya ketika pandangan matanya bersirobok dengan seseorang yang berdiri tersenyum di pojok kamarnya. Seseorang yang semalam meminta maaf , seseorang yang ia putuskan dan tinggalkan karena ia cemburu buta.


Pahlawan tanpa nama

Parade puisi (spesial hari kemerdekaan )

Pahlawan tanpa nama

By " Irma putri syaepudin

Di sebuah hutan belantara

Di sebuah hutan belantara
Tergantung kerangka tanpa nyawa
Bagai layang - layang yang lepas dari benangnya
Terasing dari seluruh penjuru dunia

Topi baja yang dulu gagah perkasa
Baju loreng dan tanda kehormatannya
Senapan yang dulu ditakuti para musuhnya
Kini hilang  di telan rimba

Wahai pahlawan tak bernama
Pada siapa kau meminta doa
Tinggalkan anak istri serta saudara
Demi membela tanah air tercinta

Wahai pahlawan tanpa nama
Jasamu seolah terlupa
Darah yang kau tumpahkan untuk negara
Kini seolah tiada artinya

Wahai pahlawan tanpa nama
Entah sampai kapan kau disana
Tergantung menunggu bertahun lamanya
Di sebuah hutan belantara
Sedangkan mereka yang berdosa
Menghilangkan namamu dari daftar pahlawan negara


Wahai pahlawan tanpa nama
Kapan negara ini benar - benar merdeka
Kemerdekaan bangsa hanyalah fatamorgana
Kiasan kata para pujangga
Mereka yang berdosa berjaya
Sedangkan dirimu yang berjasa terlupa







Kuningan, 14 Agustus 2015


Wednesday 12 August 2015

Cara cepat mendapat dolar mudah dan enggak ribet

[WHAFF]
Irma Putri Syaefudin WHAFF sudah mengundang Anda ke WHAFF Imbalan!

Download WHAFF Imbalan,
masukkan kode undangan : [ BS11469 ] dan dapatkan $0,30!!!
https://play.google.com/store/apps/details?id=com.whaff.whaffapp


Tuesday 11 August 2015

Clash of king

Parade cerita fantasi

Clash of King (sleep paralyzed )

By : Irma putri syaepudin

Bosan, terbaring di kamar sendiri, ingat kata-kata dokter kemarin, "Anda harus Bed tres. Istirahat total, jangan terlalu memaksakan diri untuk bekerja, sampai down seperti ini. Trombosit anda belum normal, saya harap anda menghargai kesehatan diri sendiri, " ucap dokter Nandang yang juga teman sekolahku. Mungkin hanya aku orang yang tidak sukses, saat teman - temanku sukses menjadi dokter, guru, bahkan pengusaha aku masih betah menjadi penulis yang penghasilannya tidak sebesar mereka. Kadang aku berandai - andai, jika saja aku raja punya kastil megah seperti kerajaan raja Sulaiman di film favoritku abad kejayaan. Tunggu!  Tentu saja aku punya kastil mewah dan megah, prajurit andalan, penempa besi handal, sawah yang menghasilkan padi setiap menit, lalu pengrajin kayu yang siap menghasilkan sumber kayu melimpah untuk diperdagangkan. Belum lagi mata air permohonan yang mengabulkan setiap permintaan, pundi - pundi uang koin dan juga berlian, aku punya semua itu. Aku tertawa kecil dan mengambil tablet berwarna putih dari atas lemari, segera kucari aplikasi game favoritku Clash of King. Tidak biasanya cepat sekali koneksi internet di kamar, biasanya susah butuh waktu berjam -jam hanya untuk membuka satu aplikasi game online saja.

SELAMAT DATANG RAJAKU, SILAHKAN TEKAN TOMBOL MERAH UNTUK MASUK KE KERAJAAN ANDA

Tidak seperti biasanya, kenapa ada tulisan seperti ini, apa aplikasi game online ini sedang mengalami gangguan. Tapi sepertinya tidak, disana -- di layar tabletku masih terpampang jelas Athena, dia adalah pemanduku, asistenku dalam memainkan game ini. Akhirnya aku menekan tombol merah seperti petunjuk Athena. Tiba-tiba layar tablet di hadapanku bersinar terang, mataku silau karenanya. Setelah sinar itu menghilang, munculah sebuah lubang hitam berputar seperti gulungan topan. Badanku mendadak seperti tersedot magnet raksasa, aku berteriak meminta tolong. Berharap ibu atau ayah atau nenek datang menolongku, tapi sia - sia saja badanku tersedot masuk ke dalam lubang hitam yang terbentuk di layar tablet.

***
Aku membuka mata, membiarkan bola mataku terbiasa dengan sinar matahari yang masuk melalui celah tirai berwarna merah bersulam benang emas. Kasur yang empuk dengan seprai berwarna merah bertahta berlian, tunggu! Sepertinya ini bukan kamarku, kamarku tidak semewah ini. Lalu dimana sekarang aku berada?

    "Anda sudah bangun rajaku? " tanya seseorang, seorang gadis cantik berambut perak, dengan gaun putih dengan belahan dada terbuka, ia membawa sebuah buku catatan besar di tangannya, kenapa dia mirip sekali dengan  ....

"Athena? Kau Athena? " tanyaku. Dia tersenyum lalu membungkuk hormat, aku turun dari ranjang king size mewah tadi, merasa kaget, gugup, merasa konyol. Aku mencubit pipi sendiri rasanya sakit, berarti bukan mimpi. Lalu bagaimana caranya aku berada di kamar mewah ini?

"Rajaku, apakah anda ingin mandi atau sarapan? Para dayang akan mempersiapkan, " tanya Athena. Aku bingung lalu dengan sekenannya menjawab, "Mandi saja, sepertinya kepalaku harus diguyur air biar sadar, " ujarku. Athena berlalu dari hadapanku, lalu tidak berapa lama kemudian dia kembali dengan beberapa pelayan perempuan. Aku masuk ke sebuah kamar mandi besar dan juga mewah, air hangat membasahi badan yang terasa remuk. Rasanya damai, para pelayan memijat pundak dan kepalaku, belum pernah aku merasa sesenang ini. Aroma lavender menguar dari lilin yang berjejer di samping bathub. Setelah selesai para pelayan membawakan sebuah baju untukku, baju mewah bertahta berlian dan permata. Mirip baju perang namun sangat indah. Jubah kebesaran berwarna merah, rambut panjangku terurai dan di atasnya berdiri sebuah tiara cantik bertaburan batu berlian berwarna merah.

"Princess Edelweis, apakah anda sudah siap bertemu raja dari kastil ORz. Dari kemarin beliau ingin bertemu anda, bukankah kerajaan kita sudah beraliansi dengan kerajaan ORz," ujar Athena. Meskipun kebingungan masih melanda, namun akhirnya aku bersedia menemui ORz, aku berjalan menuju aula kerajaan. Para pelayan dan Athena mengiringi langkahku, lalu para prajurit membungkuk memberikan hormat.

"Princess Edelweis tiba, semuanya berdiri! " ujar salah satu prajurit andalan. Semua orang yang ada di aula berdiri lalu membungkuk hormat, ah benar - benar impianku selama ini. Aku duduk di sebuah singgasana mewah, para pelayan dan Athena berdiri di sampingku. Lalu para tamu duduk kembali, aku tersenyum hangat pada semua orang di aula. Rasanya seperti mimpi tapi berapa kalipun aku mencubit pipi ini realita bukan mimpi, di hadapanku seorang raja berparas tampan duduk dengan gagah, rambut cokelatnya, lalu badannya yang tegap dan berwibawa. Benar - benar sempurna untuk seorang raja.

"Princess Edelweis, langsung saja. Aku ORz ingin membicarakan masalah penting denganmu, masalah serius dan harus dibicarakan rahasia, " ujarnya. Aku mengerti lalu mengajaknya berbicara di ruang pribadiku. Kami membicarakan tentang perang antar aliansi, sepertinya ada aliansi lain yang menginginkan keruntuhan kastilku. Mata - mata ORz mengetahuinya. Aku seperti lupa, dan terhanyut dengan peranku sebagai raja, sebagai Princess Edelweis. Padahal aku tadi merasa asing dan ingin pulang. ORz adalah ketua dari ONE. Sebuah aliansi kerajaan, aku ikut bergabung menjadi anggotanya bersama teman yang lain, aku tidak menyangka ORz itu orang tampan. Padahal setiap hari aku mengobrol dengannya di chat saat bermain game online. Aku sepertinya lupa dan terlarut dengan permainan ini. Kerajaanku akan diserang oleh ANx , dia sangat membenci kerajaanku. Lalu ORz berniat membantuku melawan ANx, kami berbicara banyak, sesekali kami berbicara pribadi, lalu tertawa bersama.

***
Hari yang ditentukan tiba, ANx akan menyerang kerajaanku. Aku bersiap untuk berperang dengan panah terbaikku dan para prajurit andalan serta terlatih.

"Kenapa harus perang? Bagaimana jika kalah habis sudah kerajaanku, menyebalkan baru saja enak jadi raja, " keluhku.

"Mari Rajaku, semua sudah siap di pintu gerbang, " ujar Athena, benar saja di depan gerbang kerajaan berdiri gagah ORz dengan baju jirahnya.

"Kenapa begitu baik ingin membantuku? " ujarku, dia hanya tersenyum hangat, "Ini sudah kewajibanku sebagai pimpinan aliansi ONE untuk membantu perang setiap anggota kerajaan. " tatapanya begitu penuh semangat, entah kenapa hatiku merasa berbunga bunga.


Tidak perlu waktu lama ANx dan rombongannya tiba, lalu dengan sekali perintah semua prajuritnya menyerang kerajaanku. Aku dan prajuritku tidak tinggal diam begitu pun ORz, bersama kami melawan musuh bebuyutan kami. Meskipun pasukanku terlatih dan banyak namun, pasukan ANx lebih banyak. Para prajurit terluka bahkan tewas, mayat bergelimpangan, darah berceceran. Kerajaan menjadi lautan api, aku sendiri terluka, terkena panah bagian dadaku sebelah kanan. Aku mencari ORz, namun entah kemana dia, perih rasanya lukaku.

"Mau kemana kau! " ANx berdiri di belakangku, mengacungkan pedangnya yang berlumuran darah.

"Ingat ini kepala siapa hah?!" ujarnya sambil mengangkat sebuah kepala manusia berlumur darah, itu kepala ORz. Seketika amarahku meluap, padahal baru saja aku mengenal ORz, dia hangat dan menyenangkan. Aku membentangkan panah dengan susah payah, bermaksud membunuh ANx. Namun, upayaku gagal pedangnya terlebih dahulu menikam perutku. Darah mengucur bau amis menyeruak, rasa sakit dan perih terasa di perutku, aku jatuh ke tanah kepalaku serasa berputar, mataku terasa berkunang -kunang. Tubuhku terasa terangkat lalu terbanting keras, lalu terangkat kembali dan terperosok dalam sebuah lubang hitam raksasa.


***
"Oyyy Bangun! Siang masih molor juga tablet loe nyala tuh dari semalaman! " aku terperanjat, abangku berkacak pinggang sambil membawa gayung air. Siap -siap menyiram wajahku, aku segera bangun dengan kesal, "Apaan sih abang! " ujarku,

"Udeh loe bangun sana, mandi! Males banget deh kan loe cewek! Main game online ya loe sampai larut lagi, kan dokter bilang loe harus istirahat, " abangku ngomel sendirian sambil membanting pintu kamar. Aku menghela napas panjang, kenapa mimpiku terasa nyata. Aku menatap layar tablet yang menyala, disana terlihat seperti ada sebuah pesan masuk. Aku langsung membukanya, "Apaan nih? " ujarku.

KASTIL ANDA TELAH DISERANG OLEH ANX DAN ANDA KALAH!
Kulihat kastilku terbakar habis.


THE END
Kuningan, 11 Agustus 2015


Sunday 9 August 2015

Perempuan bergaun merah

Parade horor flashfiction

Perempuan bergaun merah

By : Irma putri syaepudin

Malam Minggu  , malam sakral untuk para muda -mudi yang dimabuk asmara. Waktunya mengunjungi pacar tercinta, dan untuk para jomblo malam Minggu adalah malam yang paling menyebalkan. Andri patah hati karena wanita yang ditaksir olehnya malah jadian dengan sahabatnya sendiri, jadilah Andri luntang lantung enggak jelas. Kebetulan ada acara kenduri di kampung sebelah. Biasanya sering diadakan pesta minum tuak, akhirnya Andri berangkat sendirian menuju kampung sebelah, berharap bisa ikut berpesta tuak malam itu. Andri melewati jembatan yang terkenal angker, orang - orang sering membicarakan jembatan itu sebagai jalur kematian. Banyak kendaraan sering terjatuh bahkan tiba-tiba sering terjadi orang bunuh diri loncat ke jurang di bawah jembatan. Konon katanya, dahulu ada seorang gadis cantik yang bunuh diri di sana, ia patah hati diputuskan pacarnya yang menghamili orang lain. Andri sering mendengar kabar arwah gadis itu mengganggu para pengguna jalan. Namun, karena suasana hatinya sedang resah, Andri memilih mengabaikan rasa takutnya.

"Mau kemana Bang? " tanya seseorang, Andri menoleh matanya terhipnotis oleh kecantikan gadis bergaun merah di hadapannya. Gadis cantik itu tersenyum lembut pada Andri, Andri bersumpah gadis di hadapannya adalah bidadari yang turun dari langit untuknya yang sedang patah hati.

"Mau ke kampung sebelah lihat kenduri? Adik ini siapa? Darimana? Dan mau kemana? Ini sudah larut malam? " tanya Andri, sebenarnya dia hanya berpura pura bertanya sekedar basa basi. Andri berpikir gadis bergaun merah itu seorang kupu-kupu malam , Andri langsung mengajaknya mengobrol. Ternyata gadis itu mengasyikkan, namanya Salimah. Andri merasa nyaman dengan Salimah, tadinya ia berpikir Salimah gadis malam, ternyata dia juga sekampung dengannya. Salimah mengaku keponakannya Pak Abdul. Malam semakin larut, Salimah meminta Andri mengantarkan pulang ke rumahnya. Andri dengan senang hati mengantar Salimah ke depan pintu rumah Pak Abdul, jarak antara rumahnya dan rumah Pak Abdul tidak begitu jauh, hanya saja Pak Abdul jarang di rumah karena berdagang di pasar. Andri tidak tahu Pak Abdul punya keponakan secantik Salimah.

"Makasih ya Bang, sudah mengantar Limah pulang. Ini buat Abang kenang - kenangan, " Salimah memberikan Andri sebuah saputangan berwarna merah.


***
Esok paginya, Andri berbahagia. Ia bermaksud ke rumah Pak Abdul untuk bertemu Salimah si gadis cantik bergaun merah yang membuat hatinya berbunga. Andri sampai di rumah Pak Abdul, kebetulan Pak Abdul dan istrinya ada di rumah. Andri langsung mengucapkan salam. Tidak berapa lama Pak Abdul dan istrinya datang membuka pintu dengan wajah ramah.

"Maaf, permisi Pak Abdul saya Andri. Tidak jauh rumah saya dari sini, saya ingin bertemu Salimah, keponakan Pak Abdul. Semalam saya mengantarkan pulang ke sini, " ujar Andri membuat istri Pak Abdul pingsan seketika. Andri merasa heran mengapa istri Pak Abdul sekaget itu.

Ternyata Salimah adalah gadis yang bunuh diri di jembatan, ia memang keponakan Pak Abdul, malah Pak Abdul yang tidak mempunyai anak sudah menganggap Salimah putrinya sendiri. Andri kaget dan merasa tidak percaya, "Tapi semalam dia memberikan saya sebuah saputangan Pak, " ujar Andri. Ia mengeluarkan saputangan pemberian Salimah, betapa kagetnya ia saputangan berwarna merah itu berubah menjadi daun kering. Andri shock berat dan tidak sadarkan diri, Pak Abdul meminta maaf pada Andri dan keluarganya, semenjak kejadian itu Andri tidak berani lagi melewati jembatan itu sendirian terlebih malam hari.


Bidadari sayap hitam

Parade cerpen bebas
Bidadari bersayap hitam

By : Irma putri syaepudin aka kelelawar absurd

.......


Masa lalu datang untuk menghancurkan, jadi sebelum dia datang hancurkan! Bunuh! Kita hidup seperti rantai makanan, jadi sang kelinci lemah atau seorang predator.

Ini tahun ke-3 pernikahan kami, dan kami baik -baik saja sama seperti pasangan lain. Meskipun, kami belum sempurna. Yah, kami belum diberikan kepercayaan oleh Tuhan untuk menimang momongan. Tetapi, aku dan dia sepakat untuk tidak membahas masalah ini dan membiarkan takdir Tuhan yang berjalan, mengatur semuanya. Tetapi ada satu hal yang terus mengganjal pikiranku, mantan! Ya mantanku dan mantan pacar suamiku, mereka ancaman bagiku, mereka bisa menghancurkan pernikahan kami, mereka noktah merah untuk perkawinan kami. Aku takut kehilangan orang yang kucintai, aku tahu mertua lebih menyukai Ayu Wardhani, guru SD yang pernah dijodohkan dengan suamiku, namun akhirnya gagal saat suamiku memilih menikah denganku. Lalu Hanafi yang terus meneror enggan melepaskan cintanya padaku, meskipun aku menikah, aku takut sangat takut bila kebahagiaan saat ini terenggut begitu saja, sia - sia  kupertahankan.

   "Besok ada Reuni sekolah, kamu mau ikut? " tanyanya padaku saat merapihkan dasinya. Aku menggeleng pelan sambil tersenyum, "Tidak usah, pergilah sendirian, pasti kangen dengan masa lalumu, " dia mencium dahiku lalu berpamitan dan saat itu aku menatap kepergianya dengan senyuman penuh arti, "Masa lalu ya? Hm ...."


Reuni sekolah berlangsung lancar, semua tamu undangan hadir, saling melepaskan kangen dengan sahabat lama, begitu pun dengan Ayu Wardhani, ia datang dan bertemu mantan pacarnya yang kini notabene suami orang, Ayu tahu dan Ayu mengerti, dia pun sudah menikah dan memiliki anak, dia hanya menganggap mantan pacarnya teman biasa, meskipun sudah tidak berhubungan namun tali silaturrahmi tetap terjalin. Sayangnya Ayu Wardhani tidak tahu, malaikat maut mengintainya.

   "Bagaimana kabar istrimu? " tanyanya.

"Baik, dia baik -baik saja, hanya saja Tuhan menguji kami, kami belum diberikan kepercayaan untuk mempunyai momongan, " ujar Hendra.

"Tidak apa, jangan putus asa, aku selalu berdoa yang terbaik untuk istrimu dan kamu, " ucap Ayu sambil tersenyum.

"Aku ke toilet dulu ya, " Ayu berpamitan pada Hendra untuk pergi ke toilet, Ayu masuk ke dalam toilet bertuliskan 'Female ' itu. Ia menyisir rambut dan menata make up nya, "Merasa cantik? Hingga ingin kembali pada Mas Hendra? " ujar seseorang di belakang Ayu Wardhani, seringai iblis terpampang di wajahnya.

"Laras? Kenapa bisa ada disini? Dan apa maksudnya? Aku hanya mengobrol biasa dengan suamimu, tidak ada alasan lain, " ujar Ayu Wardhani.

"Halah bohong! Masa lalu itu datang untuk menghancurkan, jadi sebelum kau menghancurkan pernikahan kami , aku yang terlebih dahulu menghancurkan kamu!" Laras dengan cepat menjambak rambut panjang Ayu Wardhani dan mencekik dia dari belakang dengan seutas kabel, Ayu Wardhani meronta berusaha melepaskan diri, namun murka laras lebih kuat dari tenaganya. Ayu Wardhani terbatuk, nafasnya tersengal lalu melemah, matanya melotot dengan lidah menjulur keluar, Laras tersenyum penuh kemenangan.


Aku bahagia , masa lalu itu sudah hancur sebelum menghancurkanku, tinggal satu halangan lagi, dan aku harus segera memusnahkannya. Kenapa? Kenapa diriku begitu pendendam? Karena aku merasa Tuhan tidak adil, Tuhan itu jahat padaku!

"Coba dulu Hendra menikah dengan Ayu Wardhani , pasti hidupnya bahagia, lalu kita segera menimang cucu. " Itu yang kudengar dari ibu mertua, sakit! Hati ini seperti tersayat silet, lalu kemudian remuk tidak berbentuk.

"Coba saja kau menikah denganku! Pasti hidupmu lebih baik dari sekarang, Laras, " ucapan Hanafi membuat api dalam jiwaku bergolak seperti kuali panas, bahagia katanya? Playboy seperti dia mana mungkin bisa membuat aku tersenyum setiap saat seperti apa yang Mas Hendra berikan. Aku kesal dengan dunia yang kejam padaku, terlalu banyak penderitaan yang aku lalui, hinaan, makian, Mas Hendra sayang aku akhiri saja semuanya, aku akhiri saja!



Hanafi tengah duduk di hadapan Laras, wanita -- mantan pacarnya, yang kini telah jadi istri orang lain. Hanafi masih mencintainya, namun Laras sudah tidak ingin mengenalnya, Hanafi tahu diri, dia tidak mungkin bisa mendapatkan cinta Laras kembali. Tetapi, Hanafi hanya ingin tahu seberapa besar cinta Laras pada Hendra, lalu Laras mengajaknya bertemu lagi dan mengajaknya kembali, "Kau benar, lebih baik aku bersamamu, " ujar Laras,  Hanafi kaget namun berusaha terlihat tenang.

"Akhirnya kamu sadar, kalau aku satu satunya lelaki sejati untukmu, " ujar Hanafi, hatinya merasa cemas. Laras memeluknya dari belakang, pelukan lembut saat seperti dulu, "Suamiku sedang pergi ke luar kota, kita bisa bersenang - senang di Villa ini bisiknya menggoda, Hanafi terpancing mengikuti lekuk tubuh Laras yang memanggilnya masuk ke dalam kamar, dia tidak tahu, masuk dalam jebakan maut Laras. Gemericik air membuat Hanafi berpikir Laras berada di kamar mandi. Namun dengan cepat ditepisnya pemikiran itu, saat melihat pantulan tubuh Laras di cermin besar di hadapannya, tatapan mata yang tajam penuh dengan api amarah, Hanafi bergidik ngeri melihat Laras, namun keterkejutannya tidak hanya sampai disitu, dengan cepat Laras menerjang, memukulnya dengan tongkat baseball, Hanafi terhunyung menabrak cermin di hadapannya, Hanafi berusaha melawan Laras. Namun setan yang menguasai pikiran mantan pacarnya itu lebih kuat dari apa pun, Hanafi berlari berusaha melepaskan diri, namun darah yang keluar dari dahinya membuat tubuhnya lemas, Hanafi terjatuh dan jadi sasaran empuk kesadisan Laras.



Aku senang, aku bahagia masa lalu itu sudah enyah, sudah lenyap dari hadapanku. Tetapi, mengapa kini malah kebahagiaanku harus terenggut paksa, aku harus berdiam menyepi dalam rantai kepekatan, terkurung dosa yang tiada pernah berhenti menaungi hari -hariku, Hanafi mati, Ayu Wardhani mati, lalu Mas Hendra tersayang menundukkan kepala kecewa, hatinya terluka karena aku yang kalap dan melakukan dosa, cintanya hancur oleh bidadari yang bersayap hitam. Aku disini sendiri kesepian dalam balik jeruji besi  ....


Kuningan, 27/07/15