Coretan tinta hitam

Wednesday 7 October 2015

Aku, Kamu, Dia

Aku, Kamu, dan Dia

By; Irma putri syaepudin

Ini begitu salah tapi ini juga begitu benar untuk aku yang dilanda cintamu yang terus memenjaraku...  Cintamu yang akhirnya membunuhku.

   "Cie ... pasangan baru cie ...," ujar kak Iman yang asyik bermain game Hay day nya sesaat dia keluar dari gamenya saat melihat pasangan baru itu Widya dan Mus. Aku dongkol melihat mereka mengumbar kemesraan di hadapan kami. Mereka saling bertatap muka melempar senyum manis dan saling memuji keindahan wajah masing-masing, meskipun kantin kampus sedang penuh dengan mahasiswa dan mahasiswi yang hendak makan siang. Mereka tetap asyik saling suap-suapan mie ayam, sumpah hatiku hancur melihat Mus dan Widya, sejak lama aku menaruh perhatian pada Mus, aku menyukainya sejak kami masuk universitas ini sama-sama dia baik dan sangat setia kawan. Yah, setidaknya itu yang dia katakan padaku jika aku kawan terbaiknya, bahkan saat aku menyukainya aku enggan mengungkapkan perasaan itu karena takut menghancurkan persahabatan kami. Tapi saat aku mempunyai cukup kepercayaan diri untuk mengutarakan isi hatiku saat itulah aku melihatnya memeluk Widya di depan kampus saat istirahat membuat kegaduhan seluruh kampus. Aku benci dengan hatiku dengan diriku yang terlalu kikuk ssaat bersama-sama dengannya hingga susah untuk aku mengutarakan isi hatiku pada Mus.

"Siang-siang begini melamun enggak baik loh, ayam tetangga saya mati kemarin gegara kebanyakan melamun," Bu Kantin membuat semua lamunanku buyar, aku hanya tersenyum terpaksa, Mus dan Widya sama-sama melihatku dan menertawakan aku. Ingin rasanya aku marah tapi  aku memilih diam dan membuka layar tablet kesayangan membuka aplikasi game Hay day yang sering aku mainkan.

"Cie, mending kalian pacaran deh, iya kan sayang? Kak Iman dan Rima sangat cocok pacaran, lihat saja mereka menyukai game yang sama berlomba-lomba menjadi petani sukses, " ujar Mus sambil tertawa terbahak-bahak. Widya pun mengiyakan perkataan kekasihnya. Kak Iman berhenti menatap layar handphone nya lalu menimpali perkataan Mus, "Ah, kamu ini bisa saja Mus, jangan buat dia marah loh, " kata Kak Iman. Lalu mereka bertiga tertawa bersama, aku segera mengambil tas selempang yang sejak tadi kusimpan di bawah kursi.

"Permisi, aku pulang duluan, " ujarku sambil berlalu dari hadapan mereka, aku menyembunyikan kekesalan dan rasa sakit hatiku, mataku terasa panas dan mulai berair. Aku benci dengan diriku sendiri, betapa lemahnya aku hingga harus meneteskan air mata untuk orang sepertinya. Seenaknya saja dia menjodohkan aku dengan Kak Iman, memangnya siapa dia?! Aku mendengar suara Kak Iman memanggil namaku dan menyuruh berhenti.

"Rima, jangan marah ..., Mus hanya bercanda! Mau kemana biar aku antar kamu pulang, " ujarnya yang kini sudah berada di hadapanku, dia seorang yang jago dalam bidang olahraga apapun dia favorit para mahasiswi dan juga dosen. Dia pintar dan juga menyenangkan, dia lebih tua 1 tahun dariku, dan dia mahasiswa senior masih saudaranya Mus, dia dan Mus akrab sejak kecil itu yang aku tahu tentang Kak Iman.

"Rim, kamu nangis? Kenapa? Oh ayolah Mus hanya bercanda jangan dipakai hati, mari aku antar kamu pulang, " ujarnya lagi sambil meraih ytangan kananku, aku berhenti berjalan dan tetap menundukkan kepala,"Lepaskan tanganku Kak, aku menangis bukan karena Mus. Sudahlah Kak, aku ingin pulang pulang," ujarku sambil melepaskan genggaman tangannya.

"Kali ini saja Rim, izinkan aku mengantar kamu pulang, aku tau semuanya tentang kamu dan perasaan kamu pada Mus, " Kak Iman mencegat jalanku. Aku menatap mata Kak Iman berharap matanya bukan tatapan mata serius tapi yang kulihat memang sepertinya dia mengetahui semuanya bahkan tentang perasaan selama ini pada Mus. Akhirnya aku menurut pada Kak Iman, dia mengantarkan aku pulang dengan mobil Mazda birunya, selama perjalanan aku memilih diam dan menatap ke luar jendela mobil pikiran dan jiwaku melayang jauh entah kemana.

"Aku tau kamu menyukai Mus, yah dia memang tampan dan menarik, iya kan Rima? Tanyanya padaku, aku mengabaikan ucapannya.

"Hmm, sampai kapan kamu galau dan menyimpan segala kekesalanmu pada Mus. Kenapa tidak diungkapkan bahwa kamu menyukainya?" Ujar Kak Iman lagi.

"Aku tidak mempunyai cukup keberanian untuk itu. Lagipula untuk apa aku mengutarakan perasaanku padanya, bukankah sudah terlambat toh dia sudah menjadi milik Widya, " ujarku sakratis. Kak Iman tersenyum simpul memperlihatkan lesung pipit di kedua pipinya. Sungguh mahluk ciptaan Tuhan yang sempurna, pantas saja dia jadi mahasiswa favorit. Dia memang pantas mendapatkan julukan Arjuna kelas sastra di  kampus kami. Lalu di kelasku ada Mus yang mendapatkan julukan Arjuna kelas Ekonomi, sekarang ditambah lagi Widya yang yang jadi primadona dan pasangan si Arjuna ini. Sampai mereka dapat julukan the romeo and juliet. Mengingat Mus dan Widya hatiku hancur lagi, sampai aku tidak mendengar Kak Iman memanggil namaku. Lalu dia menepuk pundakku hingga terlonjak.

"Ayo turun, melamun terus ..., akan kuberi tahu tau cara melupakan Mus, "ujarnya. Dia turun dari mobilnya begitu juga denganku meskipun tidak tahu mau kemana. Dia membawaku ke tepi sebuah danau. Lalu dia merentangkan tangannya dan berteriak sekeras mungkin.

"Ayolah, coba kamu lakukan seperti aku tadi selepas mungkin . Lepaskan segala apa yang ada di dalam hatimu, " ujarnya. Aku diam, lalu Kak Iman menarik tangan kananku dan menyuruh melakukan hal yang sama seperti apa yang dia lakukan barusan. Aku pun menuruti ucapan Kak Iman, aku merentangkan kedua tanganku dan berteriak sekeras mungkin melepaskan segala keresahan yang ada di dalam hatiku. Kak Iman melihatku lalu tersenyum, "Terus Rim, buang segala rasa kesal yang ada di dalam hatimu, " ujarnya. Perasaanku terasa jauh lebih baik, aku terduduk di rumput tepi danau dan menangis tidak peduli Kak Iman menatapku, aku menangis sepuasnya.

"Kamu Buang -buang energi menangisinya." Ujar Kak Iman pandangannya jauh menatap air danau yang jernih.

"Aku tau, aku bodoh ..., aku lemah dan tidak populer seperti Widya. Aku tau aku ini tidak sesempurna Widya, " ujarku sambil terisak, segala rasa sesak dan sakit menggelayut di hatiku. Kak Iman tertawa kecil lalu melempar beberapa kerikil ke danau membuat air danau beriak.

"Makanya Mus lebih memilih Widya, dia cantik populer, juara karate, tentu saja Mus memilih dia, " perkataan Kak Iman membuat hatiku semakin dongkol, 'Apa-apaan itu' batinku. Kak Iman lalu duduk di sampingku, "Oleh karena itulah aku ingin berada terus di sampingmu. Karena kamu lemah aku ingin melindungimu, tidak peduli kamu populer atau tidak itu tidak penting buatku, " ujarnya membuat mataku terbulat lebar dan menghentikan tangisanku. Jantung terasa berdetak kencang dua kali lipat .

"Untuk apa sempurna, cinta itu ada untuk menyempurnakan. Untuk apa populer toh kita bukan artis yang selalu setiap detik diiringi paparazi. Sejak awal aku melihat kamu masuk universitas, hatiku sudah terpaut oleh keanggunanmu, kamu yang lugu bahkan aku tau kamu menyembunyikan perasaanmu pada Mus. Kamu seperti buku yang terbuka lebar mudah ditebak mudah dibaca apa yang ada di dalam hati kamu, " ujar Kak Iman lagi kini dia menatap mataku, mata kami bersirobok aku melihat cahaya ketulusan di bola mata cokelatnya.

"A-apa maksud Kaka? " ujarku terbata. Dia meraih kedua tanganku, "Dengar aku akan membuat kamu melupakanya, aku akan membantu kamu menghapus semua angan tentang Mus. Aku Iman nurhalim yang akan mencintaimu hidup dan mati, berikan aku kesempatan Rima, " ujarnya.

"T-tapi bagaimana caranya? " ujarku masih tidak percaya dengan apa yang aku dengar, hatiku terasa kalut. Jantungku berdebar melihat Kak Iman mendekati wajahku, sekilas namun berarti dia mencium keningku.

"Aku tidak akan memaksakan kehendak padamu. Hanya saja biarkan waktu yang akan menjawabnya, aku yakin kamu bisa berpaling padaku dan melupakannya. Rima, aku akan selalu menunggumu ," ucapnya.
Gelenyar rasa hangat dan nyaman menyelimuti seluruh hatiku, belum pernah aku merasa sehangat ini bersama seorang laki-laki, ini berbeda dengan perasaan saat aku berada bersama Mus. Ini perasaan yang jauh luar biasa, aku benar-benar merasa hangat dan nyaman. Aku menarik napas panjang dan menatap Kak Iman.

"Kalau begitu bantu aku melupakanya, sihir aku agar aku bisa berpaling padamu Kak, " ujarku membuat mata Kak Iman berbinar.

  "As your wish, " ucapnya sambil tersenyum manis dan menggenggam tanganku erat, hangat.







Kuningan, 07/10/2015


Monday 5 October 2015

Mask

Mask

Oleh:  Irma putri syaepudin aka kelelawar absurd


Menyebalkan! Mereka tertawa melihat tubuhku berlumuran lumpur yang baunya melebihi timbunan busuk. Mereka tertawa terbahak-bahak sambil menunjuk padaku sepertinya mempermainkan seseorang merupakan hiburan yang memuaskan hati mereka semua, perlahan aku bangkit dari kubangan lumpur menjijikkan itu.

"Mau kemana hei bocah kecil! Apa mau mengadu pada ibumu?! Ow, aku takut sekali owh," Kemal. Berlaga ketakutan padahal dalam hatinya sedang bersorak gembira melihat aku terjatuh tadi ke kubangan lumpur menjijikkan setelah dia dan kedua sahabatnya menakutiku dengan pocong - pocongan. Mereka tahu aku penakut, besok ada pesta Halloween di sekolah makanya mereka mempersiapkan ini dari awal sengaja membuatku malu. Dan apa katanya bocah kecil? Aku gadis berusia 17 tahun, aku memang pendek dtapi bukan berarti seenaknya menyebut bocah kecil. Aku benar-benar benci pada Kemal, setiap hari seperti tidak ada pekerjaan selain menjahiliku. Ini tidak bisa dibiarkan! Aku juga harus membuatnya ketakutan dan terkencing di celana besok malam Ya, harus!

Jalanan kota Jakarta mulai macet, ini sudah pukul setengah sepuluh malam. Aku memutuskan mencari bahan untuk kostumku besok. Toko topeng menjadi pilihan, aku menyuruh Mang Kasim supirku berhenti di sebuah toko penjual berbagai macam aksesoris untuk Hallowen. Sepertinya penjaga toko itu sedang bersiap menutup tokonya, "Permisi, bisakah anda membuka tokonya kembali saya butuh beberapa aksesoris untuk Hallowen besok, " ujarku. Orang itu menghisap rokok dan membuangnya meskipun rokok itu masih panjang. Sepertinya dia tahu aku tidak suka dengan asap rokok, dia tampak berpikir sejenak sebelum membuka kembali pintu toko yang baru saja dikunci tanpa berkata apapun. Aku lega akhirnya bisa membeli aksesoris yang aku butuhkan untuk menghancurkan reputasi Kemal besok malam.

"Cepatlah nona kecil, aku harus segera pulang ke rumah, " ucap penjaga toko itu sambil duduk di kursinya. Aku mulai mencari sesuatu yang bisa membuat Kemal takut, tetapi alih-alih aku membeli malah ketakutan sendiri melihat kostum Halloween itu. Tiba di jejeran topeng aku melihat satu topeng kulit yang menyeramkan. Topeng itu berbeda dari yang lainnya, topeng kulit itu seperti hidup dan bernapas. Topeng itu seperti menyuruhku menyentuhnya, tangan kananku terjulur hendak menyentuh topeng kulit itu namun, sebuah tepukan keras mendarat di pundakku.

"Sudah dapat apa yang kau cari Nona kecil? " tanya penjaga toko itu yang hampir saja membuat jantungku copot dari rongganya.

"Y-ya, sepertinya sudah, aku ingin membeli topeng ini, " tunjukku pada topeng kulit di depan. Penjaga toko itu mendelik tidak suka," Tidak bisa Nona, topeng itu tidak kujual sebaiknya cari yang lain saja," ujarnya.

"Kalau tidak dijual untuk apa dipajang? Aku mohon berapa pun akan kubayar," ujarku mengambil dompet dari tas slempang dan mengambil beberapa uang ratusan ribu , aku korbankan uang jajan 1 bulan demi topeng ini . Penjual mengernyitkan dahi lalu menghembuskan napas keras ke udara.

"Baiklah jika kau memaksa, ambil saja itu gratis untukmu. Sepertinya topeng itu mau kau memilikinya Nona kecil, " ujarnya . Betapa bahagianya aku gratis katanya? Eh bukannya tadi dia enggan menjual topeng ini lalu, kenapa sekarang malah gratis? Ah aku tidak peduli yang penting aku yakin topeng ini bisa membuat Kemal ketakutan besok malam. Aku segera memasukan topeng itu ke dalam tas, sebelum aku melangkah meninggalkan toko itu si penjaga toko mengatakan sesuatu padaku.

"Hei, Nona kecil berhati -hatilah memakai topeng itu, topeng itu seperti benalu yang akan menempel dan tidak bisa dilepas, " ujarnya. Namun, aku tidak peduli apapun kata penjaga toko itu, yang penting aku bisa membalas dendam pada Kemal dan sahabatnya.

***
Malam Hallowen yang kutunggu tiba, aku sudah bersiap dengan kostum ala phantom dan topeng kulit pemberian si penjual toko. Sesaat setelah aku memakai topeng itu kepercayaan diri yang selama ini hilang entah kemana muncul. Aku yang biasanya pemalu hingga mendapatkan julukan 'Siput' dari Kemal pun merasa diriku adalah seorang yang terbaik malam ini. Semua orang memandangi diriku, entah karena apa aura yang kupancarkan setelah memakai topeng itu, mereka menatapku dengan tatapan takut seperti melihat sosok mmalaikat pencabut nyawa saja. Dan entah mengapa aku merasa malam ini aku bisa membuat Kemal ketakutan dan terkencing di celana bahkan mungkin lebih.

     "Lihat dia! Bukankah selama ini dia selalu membuatmu menangis? Untuk apa kau membuatnya hanya terkencing di celana ketakutan? Kau bisa melakukan lebih baik daripada itu. Misalnya menyingkirkannya ? "  topeng itu seperti memberikan ide bagus padaku, ya betul menyingkirkan babi gendut itu dari hadapanku untuk selamanya. Aku tersenyum lebar di balik topeng, Kemal terlihat berlari ke lantai  tiga gedung sekolah sepertinya dia hendak masuk kelas mungkin barangnya ketinggalan di kelas. Ini kesempatan emas untukku. Benar saja Kemal sedang melakukan sesuatu di kelas dia sedang melumuri kursi seseorang dengan cairan menjijikkan. Aku tahu itu bangku si murid baru yang memakai kacamata tebal, sama seperti aku dia kerap menjadi bulan -bulanan si babi gendut itu. Aku melangkah mendekati Kemal, kutepuk pundaknya dari belakang, dia tampak kaget saat melihatku. Lalu dia pura-pura tenang padahal sudah jelas aku melihat sorot ketakutan dari matanya.

"Kau mau apa? Kau pikir aku takut padamu?! Pergi sana jangan mengacaukan pekerjaanku," hardiknya. Aku menarik tangannya agar dia menatap mataku,"Tatap mataku! " ujarku lalu entah kekuatan darimana mata Kemal berubah menjadi merah. Padahal hatiku tidak tidak ingin mengatakan hal itu entah dorongan dari apa aku seperti menghipnotis Kemal.

"Jalan dan loncatlah dari sana! " sekali lagi aku tidak bermaksud seperti itu tapi mulutku mengatakan hal itu pada Kemal. Seperti kerbau dicocok hidung Kemal menuruti perintah yang aku ucapkan, dia berjalan mendekati pembatas dan menaikinya. Lalu secepat kilat ia menjatuhkan dirinya ke lantai satu. Semua orang menjerit histeris melihat Kemal berlumuran darah. Setelah itu aku baru tersadar dari apa yang aku lakukan, aku panik dan berlari meninggalkan sekolah secepat yang aku bisa. Aku berusaha melepas topeng itu dari wajah ku tetapi topeng itu seperti diberi lem susah sekali aku lepaskan. Bagaimana ini? Aku sudah membunuh Kemal? Aku tidak mau memakai topeng ini! Tidak mau!


Selesai

Kuningan, 06 September 2015




Thursday 1 October 2015

Cinta

Burung -burung camar
Sang mentari membuka mata
hangatnya teduhkan jiwa
jiwa yang kering kerontang merana
mendamba sentuhan sang pesona

Burung -burung camar menari
bernyanyi lagu pemikat hati
terbang di angkasa bagaikan peri
bawa asa-ku ke jantung matahari

Burung - burung camar bawa rinduku
jangan biarkan dia berlalu
jangan biarkan semua menjadi debu
jangan biarkan semua jadi serpihan masa lalu

Burung - burung camar kepakan sayapmu
pergilah bawa separuh cintaku
biarkan dia tau bahwa diriku tersiksa menahan rasa di kalbu
burung - burung camar sampaikan salamku
kini kusakit karena merindu  ....


Kuningan, 03/06/15

***
Dandelion

Aku hanya semak belukar
hanyalah sejumput rumput liar
tak harum seperti melati atau seindah bunga mawar

Kemana hembusan bayu menerbangkanku
kesanalah tubuhku pergi
dimana air mengalir dari hulu ke hilir
disanalah kan kurajut mimpi dan takdir

saat kecil aku dipangku ibu
sudah besar aku dihempas bayu
entah kemana dia kan membawa tubuhku
menjadi semak belukar atau kembali ke pangkuan ibu

aku Dandelion dari masa lalu
terbuang setelah gugur dicumbu
tergoda bujuk kumbang perayu
lalu terbang liar menjadi kupu-kupu
melayang di malam kelabu
menjadi pemikat hati yang dilanda rindu
melayani kumbang gila nafsu

Ah betapa aku rindu dekapan ibu  ....


Kuningan, 03/06/15

***

Definisi Cinta

Cinta adalah sebuah pohon
tumbuh dari benih bernama asmara
berdaun rimbun kerinduan
berbatang setia dan berbuah sayang
berbunga rasa cemburu dan sedikit egois
namun tetap kokoh dengan akar kejujuran
dan disirami dengan pupuk kepercayaan

Cinta hadirnya seperti petir
misterius seperti sihir
keberadaannya adalah takdir
menyingkirkan segala tabir
membuat insan tak dapat berpikir

Cinta berawal dari tatapan mata
merasuk ke dalam sanubari dan jiwa
menggetarkan segala rasa
Namun apabila nafsu ikut menyertainya
cinta entah kemana kan bermuara
terjaga dengan penuh bangga
ataukah ternodai dengan hina?

Cinta laksana api
membuat hangat atau bahkan menghanguskan
hadirkan berjuta ketenangan
namun perginya membuat keresahan

Kuningan, 03/06/15

***

Janji sekeping hati

Jiwa ini kering merana
terdampar dalam lautan bernama hampa
terjebak dalam puing -puing dosa
meninggalkan cinta yang menunggu dengan setia
dua orang saling membagi cinta
berjanji akan selamanya setia
seperti Shinta yang selalu menunggu datangnya Sri Rama

disana awal dan akhir dari mimpi
ketika saling menggenggam jari jemari
bertemu lalu saling berucap sehidup semati
meninggalkan kisah sekeping hati

mencintai sangat dalam
lalu janji hilang tertelan waktu dan alam
menunggu bisu di senja temaram
merindukan mata sekelam malam

sekeping hati kini hancur
menunggu kasih hingga ujur
waktu yang sudah habis terlanjur
tinggalah raga yang kaku terbujur
karena terlalu cinta lupa bersyukur
sekeping hati kini lebur


Kuningan, 03/06/15





Rindu semu

Rindu semu

Karya: Irmawati

Pertama berjumpa lewat maya,
kutitip kasih lewat nada,
Bercumbu rayu dalam fatamorgana,
Dimabuk candu dewa asmara.

Harus kemana kubawa rindu,
Rinduku setinggi puncak Merbabu,
Haruskah ku kejar kau ke pulau melayu,
Atau kutitipkan saja pada sang bayu.

Terjebak dalam retorika waktu
Rintihan pilu di dalam kalbu
Tersiksa dalam tabir dan belenggu,
Resah gelisah terkurung rindu.

Jika saja aku kupu-kupu,
Ku ingin terbang jauh menjemputmu.
Ku ingin datang mendekapmu,
Bermanja hangat penuh rayu.

Wahai dewi malam sampaikan salamku,
Disini aku terus menunggu,
Meski dirimu hanyalah semu,
Namun cintaku bukanlah palsu.


Harimau dan kura-kura

Hikayat Harimau dan Kura-kura
Ini adalah kisah zaman dahulu dan diceritakan kembali pada zaman sekarang, berharap bisa menjadi tauladan. Mengambil sisi positifnya dan membuang sisi negatifnya, kisah tentang Harimau yang licik dan Kura-kura yang cerdik.

Di sebuah hutan lebat, tempat berbagai spesies hewan dan tumbuhan, kisah ini berawal. Adalah seekor harimau jantan yang tamak dan juga sombong, semua binatang takut padanya. Dia menyebut dirinya sang Raja rimba, dan tidak seorang pun takut padanya. Harimau jantan itu tengah dilanda kebingungan, kemarau panjang datang melanda. Sumber mata air mulai kering begitu pun makanan, dia lapar tetapi bingung harus memakan apa.

"Bagaimana ini? persediaan makanan sudah habis perutku lapar," katanya sambil berjalan gontai menyusuri hutan belantara. Saat ia sedang asyik berjalan , tiba-tiba ia mendengar suara binatang lain sedang membicarakannya, ia pun bersembunyi di semak-semak sambil mendengar diam -diam.

"Kemarau melanda, persediaan makanan kita sudah menipis bagaimana ini? apa kalian punya ide? " tanya Monyet.

"Iya betul persediaan makananku pun sudah habis , dimakan harimau yang tamak. Mau mencari kemana lagi kita? " ujar Kepiting  yang kemudian disetujui para binatang lain. Memang benar persediaan makanan mereka untuk kemarau yang panjang telah ludes dimakan Harimau yang rakus dan tamak. Para binatang bingung, sementara mereka tidak tahu kapan kemarau berakhir. Dan mereka tidak menemukan tempat yang masih banyak terdapat makanan, tidak mungkin mereka ke tempat para manusia berada, mereka takut penduduk akan marah dan memburu mereka. Hutan tempat mereka tinggal sebagian sudah gundul, akibat ulah para manusia yang menebang pohon, tanpa mau menanamnya kembali. Harimau begitu marah mendengar mereka yang membicarakan tentang dirinya dan mengatakan kalau dia rakus dan tamak.





"Lihat saja ,apa yang akan aku lakukan pada kalian semua, " ucap Harimau sambil merencanakan sebuah jebakan.


Keesokan harinya, saat para binatang sedang berkumpul bersama, Harimau datang sambil berkata, "Kalian semua! Dengarkan! Aku akan mengadakan sebuah lomba unjuk kekuatan. Siapakah diantara kalian yang mau melawanku!? Jika aku kalah, maka aku tidak akan mengganggu kalian lagi dan memberikan persediaan makanan yang kupunya pada kalian. Tetapi, jika kalian yang kalah, kalian semua yang ada disini akan jadi santapanku! " Harimau tertawa terbahak. Semua terdiam, bingung harus melakukan apa, mereka takut jadi santapan Harimau tetapi mereka juga tidak berani beradu dengan Harimau yang jahat.

"Aku mau bertanding denganmu Harimau, jelaskan padaku apa jenis perlombaannya? " tanya Kura-kura, membuat semua binatang kaget. Si Kura-kura kecil dan lambat itu berani menerima tantangan si Harimau yang buas? semuanya kesal sekaligus senang, kesal karena bagaimana caranya seekor Kura-kura kecil dan lambat menghadapi Raja rimba yang buas? bagaimana jika kalah?  mereka semua akan jadi santapan sang Harimau. Tetapi, mereka senang akhirnya ada yang berani melawan sang Harimau.

"Kau!? Kau yang akan melawanku? apa tidak salah? Kau lambat, kecil, dan rapuh. Apa aku tidak salah dengar? " Harimau tertawa terbahak tidak percaya dengan apa yang di dengarnya. Kura-kura kecil dan lamban mau beradu dengannya, Harimau tertawa menghina dia senang Kura-kura masuk jebakannya, memang selama ini hanya Kura-kura yang selalu berani padanya. Jika yang lain takut dan selalu memberikan makanan mereka, maka beda dengan Kura-kura tidak pernah menuruti perintahnya, malah membagikan makanannya pada binatang lain.

"Kura-kura, jangan bercanda nasib kami semua ada di tanganmu. Bagaimana jika kalah tamatlah riwayat kita semua!" ucap Monyet kesal.

"Aku tidak bercanda dan aku menerima tantangan Harimau, percayalah kalian semua padaku. Dan kau Harimau katakan apa perlombaan itu?" ujar si Kura-kura tenang.

Harimau berhenti tertawa, lalu ia berkata, "Baiklah, tidak apa -apa melawanmu saja,  perlombaannya ialah kita unjuk kekuatan siapa yang tahan dibakar hidup -hidup tanpa terluka dialah pemenangnya," ujar Harimau, semua kaget dengan jenis perlombaan yang Harimau katakan. Apakah Kura-kura bodoh mau mengikuti adu kekuatan itu?

"Nah, bagaimana Kura-kura apakah kau setuju? dengan perlombaannya? " tanya Harimau pada si  Kura-kura.

Dengan tenang Kura-kura menjawab, "Baiklah kuterima tantangan darimu, kapan kita mulai perlombaan itu?"

"Besok kita mulai, sekarang, kalian semua kumpulkan kayu bakar sebanyaknya untuk perlombaan besok, " perintah sang Raja rimba lalu dia pun pergi, sementara yang lain meninggalkan Kura-kura sendirian.

"Lebih baik Kau jangan gegabah Kura-kura," ujar Burung pelatuk merasa khawatir pada sahabatnya.

"Tidak apa-apa, percayakan semua padaku, aku tidak mungkin membuat kalian jadi santapan si Harimau yang keji, " Kura-kura meyakinkan sahabatnya si Burung pelatuk.

Sementara itu, Gajah dan Kancil yang sedang mencari kayu bakar merencanakan untuk kabur dari hutan itu, "Kancil, sebaiknya kita kabur sejauh mungkin. Aku yakin si Kura-kura akan kalah dan kita semua akan jadi santapan Harimau, " ucap Gajah pada kancil.

"Iya kau benar sekali Gajah, kita pergi saja sejauh mungkin, sekarang! Jangan hiraukan yang lain. Aku masih ingin hidup, " Kancil ketakutan. Mereka pun langsung berlari secepat mungkin meninggalkan hutan, mereka takut Kura-kura akan kalah.

Di tempat lain, Harimau tengah tertawa puas karena yakin besok si Kura-kura akan kalah dan dia kenyang memakan semua binatang.


Esok hari yang cerah, semua binatang berkumpul. Di tengah hutan yang sedikit lapang, di hadapan mereka sudah ada dua gundukan kayu bakar untuk perlombaan Kura-kura dan Harimau. Semua yang percaya pada Kura-kura berdoa semoga sahabat mereka bisa menang.

"Semuanya, kita mulai saja acara uji kekuatan, siapa yang akan dibakar terlebih dahulu, aku atau kau kura-kura? " tanya Harimau.

"Aku saja duluan Harimau," Kura-kura maju ke depan, masuk kedalam tumpukan kayu bakar kering, semua yang ada disitu harap-harap cemas.

"Jika kau sudah siap aku akan membakarmu! hei Kura-kura!" ujar Monyet sebagai juri perlombaan.

"Apa kau siap? " tanya Harimau.

"Belum, tunggu sebentar aku sedang menggaruk perutku yang gatal, " ujar Kura-kura dari dalam tumpukan kayu, padahal sebenarnya si Kura-kura yang cerdik tengah menggali lubang di tanah.

"Apa sekarang kau siap? " tanya Harimau yang tidak sabar mencicipi Kura-kura bakar.

"Tidak, sebentar lagi, aku masih menggaruk perutku yang gatal, beri aku waktu, " ujar si Kura-kura sambil terus menggali tanah hingga dalam. Setelah dirasa cukup dalam, kura-kura berteriak, "Aku siap! Bakarlah kayunya! " Lalu Harimau membakar kayu di hadapanya. Sedangkan si Kura-kura bersembunyi di lubang yang telah dibuatnya, api berkobar membakar tumpukan kayu kering, semua binatang sedih dan takut jika Kura-kura mati. Tiba-tiba terdengar suara seperti letusan benda keras, membuat semua berpikir kalau itu cangkang Kura-kura yang terlepas.

"Itu pasti cangkangnya!" ujar Harimau tertawa terbahak. Padahal itu adalah suara letusan kayu bambu yang terbakar, kemudian terdengar letusan lagi, yang mereka pikir itu bunyi suara letusan perut si Kura-kura. Harimau semakin tertawa puas, dia senang bisa memakan daging Kura-kura bakar.

Setelah semuanya terbakar habis, tinggalah abu dan arang,"Mari semua kita lihat apakah dia masih hidup! " seru Harimau. Monyet pun membersihkan abu dan arang yang mulai mendingin. Tiba-tiba, munculah Kura-kura dari dalam tumpukan abu dan arang, Monyet terkejut.

"Kura-kura masih hidup!" teriak Monyet. Semua binatang terkejut sekaligus senang Kura-kura selamat, itu artinya mereka juga selamat dari ancaman sang Harimau,  benar saja Kura-kura muncul tanpa lecet sedikit pun juga, Harimau benar -benar tidak menyangka Kura-kura akan selamat. Dia pun bingung, sekarang adalah gilirannya. Jika dia kabur, maka akan ketahuan jika perlombaan itu bohong hanya untuk menjebak Kura-kura.

"Kura-kura sudah membuktikan kalau dia tahan dibakar, sekarang giliranmu Harimau! " ucap Burung pelatuk. Mau tidak mau Harimau menuruti ucapan Burung pelatuk, dia pun masuk kedalam tumpukan kayu bakar kering.

"Apa kau siap Harimau? " tanya Monyet.

"Belum, aku sedang menggaruk perutku, " ujar Harimau sambil menggaruk perutnya, dia pikir dengan ritual garuk perut dia akan selamat.

"Kau siap? " tanya Monyet sekali lagi.

"Belum, aku masih menggaruk perutku!" ujar Harimau. Perutnya digaruk hingga lecet, lalu setelah beberapa menit ia menyudahi ritual garuk perutnya.

"Baiklah, Aku siap! " teriaknya.  Kayu pun mulai dibakar dan perlahan menjalar kemana -mana. Harimau yang tamak dan kejam pun terbakar, dia mati karena ulahnya sendiri. Berharap bisa membakar Kura-kura dan memakannya tetapi Kura-kura yang ia anggap lemah dan bodoh justru cerdik. Dan bisa mengalahkan sang Raja rimba yang rakus dan tamak, setelah semua kayu terbakar, tinggal abu dan arang yang dingin, Semua binatang memeriksa keadaan Harimau. Dan ternyata tinggalah tulang belulang Harimau belaka, semua binatang bersorak girang akhirnya sang penguasa rimba yang sering menindas mereka kalah, dan terbakar habis akibat ulahnya sendiri.

"Kita semua sudah bebas, sekarang ambilah persediaan makanan yang dulu dicuri dari kalian oleh Harimau. Jangan dihabiskan pakai saja seperlunya, " ujar Kura-kura. Lalu mereka pun mengambil makanan seperlunya, dan mengucapkan banyak terima kasih pada Kura-kura.

Kura-kura mengambil salah satu tulang Harimau, "Aku akan membuat seruling dari tulang ini, suling pengingat jika ketamakan tidak akan abadi. Tapi, bagaimana caranya aku melubangi tulang ini? Aku tidak punya alat apapun, " ujar Kura-kura bingung. Dia pun meminta bantuan para sahabatnya Burung pelatuk dan Kumbang hitam.

"Para sahabatku, aku ingin membuat seruling tetapi aku bingung bagaimana cara melubanginya, " ujar Kura-kura.

"Karena kau penyelamat kami, maka kami akan membantumu, serahkan saja pada kami hai Kura-kura," kata Burung pelatuk dan kumbang hitam. Akhirnya, burung pelatuk melubangi tulang harimau dibantu oleh kumbang hitam. Hingga terciptalah sebuah seruling yang indah.

"Terima kasih sahabatku, telah membantuku membuat seruling ini, Aku akan meniupkannya untuk kalian, " Kura-kura pun meniup serulingnya.

Suling aing suling tulang maung
diketrokan ku caladi
diliangan ku bangbara ....
teretet haung teretet haung

artinya :
serulingku terbuat dari tulang harimau
dibuat oleh Burung pelatuk, dilubangi oleh kumbang
teretet haung teretet haung.


Setiap hari Kura-kura meniup serulingnya. Indah dan membuat penghuni hutan senang dan merasa damai. Monyet merasa iri, terlebih semua penghuni hutan membanggakan Kura-kura dan serulingnya. Kura-kura dianggap pahlawan karena telah mengalahkan si Raja rimba dengan kecerdikannya, sehingga mereka bisa mengambil kembali persediaan makanan yang dicuri oleh Harimau.

"Hei! Kura-kura! aku ingin meminjam serulingmu barang sebentar, bolehkah? " tanya Monyet suatu hari.

"Maaf, aku tidak bisa meminjamkan seruling ini padamu, " Kura-kura ragu.

"Kau ini, pelit sekali pada temanmu sendiri! Sebentar saja. Kalau kau tidak percaya saat kutiup serulingmu kau peganglah ekorku, " Monyet meyakinkan Kura-kura. Akhirnya Kura-kura pun memberikan serulingnya pada Monyet, dan sesuai perjanjian Monyet, dia pun memegang ekor si Monyet.

"Hei Kura-kura jangan kau pegang ekorku yang itu. Di sebelah sana bisul dan sakit bila dipegang," kata Monyet berdalih. Kura-kura menurut ia geser pegangannya, tiba-tiba Monyet berteriak lagi, "Hei! Jangan disitu, ada bisulnya sakit! " ujar Monyet kembali. Kura-kura memegang ujung ekor Monyet dan secepat kilat Monyet berlari,  cepat bergelantungan dari pohon ke pohon membawa kabur seruling Kura-kura. Monyet menipu Kura-kura padahal ekornya baik -baik saja, itu hanya akalnya agar bisa lari membawa seruling Kura-kura.

Kura-kura sedih serulingnya hilang, tidak bisa menghibur lagi para sahabatnya. Datanglah Kepiting dan Udang yang kebetulan melihat sang Kura-kura tengah bersedih.

"Kau kenapa Kura-kura? "tanya Kepiting.

"Aku sedih, serulingku dibawa kabur Monyet dan aku terlalu lamban untuk mengejarnya, " ucap Kura-kura.

"Kami berdua bisa membantumu, mengambil kembali seruling itu dari tangan Monyet. Tetapi, ada syaratnya, " ucap Udang.

"Benarkah? Apa syaratnya? " tanya Kura-kura.

"Kami tidak mau menolong  tanpa dibayar, berikan kami hadiah, "ujar Kepiting. Kura-kura berpikir sejenak kemudian ia berkata, " Baiklah  ... akan kuberikan 100 ekor kerbau, "ucap Kura-kura.

"Setuju!" ujar mereka berdua serempak.


Keesokan harinya, Monyet sedang asyik meniup seruling di atas batu di pinggir sungai. Karena terlalu asyik meniup seruling, tanpa sadar Kepiting dan Udang sudah berada di belakangnya. Lalu Kepiting mencubit  pantat si Monyet dengan kedua capitnya yang tajam, Monyet kaget, lalu serulingnya terlempar. Kemudian dengan cekatan Udang mengambilnya, Monyet berlari kesakitan, Udang dan Kepiting membawa seruling itu kembali pada Kura-kura.

"Kura-kura! Ini serulingmu, mana janjimu memberikan kami 100 ekor kerbau, " tagih Kepiting.

"Pergilah! Ke sawah milik Pak tani kerbaunya ada di sana, " ujar Kura-kura, tentu saja kerbau itu ada, karena kerbau itu milik Pak tani.

Kepiting dan Udang dengan semangat menuju sawah yang dimaksud Kura-kura, kerbau -kerbau itu ada di sana, lalu Udang dan Kepiting membagi tugas menggiring para kerbau, Kepiting dari depan dan Udang dari belakang. Namun,  sialnya punggung Kepiting terinjak kaki kerbau hingga sekarang bukankah kita sering lihat kepiting punggungnya sedikit cekung ke dalam? Lalu kerbau itu membuang kotoran, hingga kotoran kerbau itu mengenai si Udang. Makanya sering kita lihat udang kotorannya di kepala, hingga ada istilah 'Otak udang ' yang artinya bodoh.


Begitulah, hikayat Kura-kura yang cerdik. Semoga kita bisa mengambil pelajaran dari cerita ini, bahwa kita tidak boleh menyepelekan seseorang dari penampilan saja, seperti harimau yang menyepelekan kura-kura yang menurutnya lamban. Juga Monyet yang mengambil barang yang bukan miliknya, Kepiting dan Udang yang menolong dengan pamrih dan ingin dibayar, padahal alangkah baiknya kita menolong sesama tanpa harus dibayar atau tanpa pamrih.


                                  
TAMAT
catatan : caladi =burung pelatuk dalam bahasa sunda
bangabara = kumban hitam dalam bahasa sunda. kumbang ini biasanya sering terlihat melubangi kayu
teretet haung -teretet haung =bunyi yang dihasilkan seruling si kura-kura dalam cerita diatas seperti dituturkan pencerita.