Coretan tinta hitam

Monday 5 October 2015

Mask

Mask

Oleh:  Irma putri syaepudin aka kelelawar absurd


Menyebalkan! Mereka tertawa melihat tubuhku berlumuran lumpur yang baunya melebihi timbunan busuk. Mereka tertawa terbahak-bahak sambil menunjuk padaku sepertinya mempermainkan seseorang merupakan hiburan yang memuaskan hati mereka semua, perlahan aku bangkit dari kubangan lumpur menjijikkan itu.

"Mau kemana hei bocah kecil! Apa mau mengadu pada ibumu?! Ow, aku takut sekali owh," Kemal. Berlaga ketakutan padahal dalam hatinya sedang bersorak gembira melihat aku terjatuh tadi ke kubangan lumpur menjijikkan setelah dia dan kedua sahabatnya menakutiku dengan pocong - pocongan. Mereka tahu aku penakut, besok ada pesta Halloween di sekolah makanya mereka mempersiapkan ini dari awal sengaja membuatku malu. Dan apa katanya bocah kecil? Aku gadis berusia 17 tahun, aku memang pendek dtapi bukan berarti seenaknya menyebut bocah kecil. Aku benar-benar benci pada Kemal, setiap hari seperti tidak ada pekerjaan selain menjahiliku. Ini tidak bisa dibiarkan! Aku juga harus membuatnya ketakutan dan terkencing di celana besok malam Ya, harus!

Jalanan kota Jakarta mulai macet, ini sudah pukul setengah sepuluh malam. Aku memutuskan mencari bahan untuk kostumku besok. Toko topeng menjadi pilihan, aku menyuruh Mang Kasim supirku berhenti di sebuah toko penjual berbagai macam aksesoris untuk Hallowen. Sepertinya penjaga toko itu sedang bersiap menutup tokonya, "Permisi, bisakah anda membuka tokonya kembali saya butuh beberapa aksesoris untuk Hallowen besok, " ujarku. Orang itu menghisap rokok dan membuangnya meskipun rokok itu masih panjang. Sepertinya dia tahu aku tidak suka dengan asap rokok, dia tampak berpikir sejenak sebelum membuka kembali pintu toko yang baru saja dikunci tanpa berkata apapun. Aku lega akhirnya bisa membeli aksesoris yang aku butuhkan untuk menghancurkan reputasi Kemal besok malam.

"Cepatlah nona kecil, aku harus segera pulang ke rumah, " ucap penjaga toko itu sambil duduk di kursinya. Aku mulai mencari sesuatu yang bisa membuat Kemal takut, tetapi alih-alih aku membeli malah ketakutan sendiri melihat kostum Halloween itu. Tiba di jejeran topeng aku melihat satu topeng kulit yang menyeramkan. Topeng itu berbeda dari yang lainnya, topeng kulit itu seperti hidup dan bernapas. Topeng itu seperti menyuruhku menyentuhnya, tangan kananku terjulur hendak menyentuh topeng kulit itu namun, sebuah tepukan keras mendarat di pundakku.

"Sudah dapat apa yang kau cari Nona kecil? " tanya penjaga toko itu yang hampir saja membuat jantungku copot dari rongganya.

"Y-ya, sepertinya sudah, aku ingin membeli topeng ini, " tunjukku pada topeng kulit di depan. Penjaga toko itu mendelik tidak suka," Tidak bisa Nona, topeng itu tidak kujual sebaiknya cari yang lain saja," ujarnya.

"Kalau tidak dijual untuk apa dipajang? Aku mohon berapa pun akan kubayar," ujarku mengambil dompet dari tas slempang dan mengambil beberapa uang ratusan ribu , aku korbankan uang jajan 1 bulan demi topeng ini . Penjual mengernyitkan dahi lalu menghembuskan napas keras ke udara.

"Baiklah jika kau memaksa, ambil saja itu gratis untukmu. Sepertinya topeng itu mau kau memilikinya Nona kecil, " ujarnya . Betapa bahagianya aku gratis katanya? Eh bukannya tadi dia enggan menjual topeng ini lalu, kenapa sekarang malah gratis? Ah aku tidak peduli yang penting aku yakin topeng ini bisa membuat Kemal ketakutan besok malam. Aku segera memasukan topeng itu ke dalam tas, sebelum aku melangkah meninggalkan toko itu si penjaga toko mengatakan sesuatu padaku.

"Hei, Nona kecil berhati -hatilah memakai topeng itu, topeng itu seperti benalu yang akan menempel dan tidak bisa dilepas, " ujarnya. Namun, aku tidak peduli apapun kata penjaga toko itu, yang penting aku bisa membalas dendam pada Kemal dan sahabatnya.

***
Malam Hallowen yang kutunggu tiba, aku sudah bersiap dengan kostum ala phantom dan topeng kulit pemberian si penjual toko. Sesaat setelah aku memakai topeng itu kepercayaan diri yang selama ini hilang entah kemana muncul. Aku yang biasanya pemalu hingga mendapatkan julukan 'Siput' dari Kemal pun merasa diriku adalah seorang yang terbaik malam ini. Semua orang memandangi diriku, entah karena apa aura yang kupancarkan setelah memakai topeng itu, mereka menatapku dengan tatapan takut seperti melihat sosok mmalaikat pencabut nyawa saja. Dan entah mengapa aku merasa malam ini aku bisa membuat Kemal ketakutan dan terkencing di celana bahkan mungkin lebih.

     "Lihat dia! Bukankah selama ini dia selalu membuatmu menangis? Untuk apa kau membuatnya hanya terkencing di celana ketakutan? Kau bisa melakukan lebih baik daripada itu. Misalnya menyingkirkannya ? "  topeng itu seperti memberikan ide bagus padaku, ya betul menyingkirkan babi gendut itu dari hadapanku untuk selamanya. Aku tersenyum lebar di balik topeng, Kemal terlihat berlari ke lantai  tiga gedung sekolah sepertinya dia hendak masuk kelas mungkin barangnya ketinggalan di kelas. Ini kesempatan emas untukku. Benar saja Kemal sedang melakukan sesuatu di kelas dia sedang melumuri kursi seseorang dengan cairan menjijikkan. Aku tahu itu bangku si murid baru yang memakai kacamata tebal, sama seperti aku dia kerap menjadi bulan -bulanan si babi gendut itu. Aku melangkah mendekati Kemal, kutepuk pundaknya dari belakang, dia tampak kaget saat melihatku. Lalu dia pura-pura tenang padahal sudah jelas aku melihat sorot ketakutan dari matanya.

"Kau mau apa? Kau pikir aku takut padamu?! Pergi sana jangan mengacaukan pekerjaanku," hardiknya. Aku menarik tangannya agar dia menatap mataku,"Tatap mataku! " ujarku lalu entah kekuatan darimana mata Kemal berubah menjadi merah. Padahal hatiku tidak tidak ingin mengatakan hal itu entah dorongan dari apa aku seperti menghipnotis Kemal.

"Jalan dan loncatlah dari sana! " sekali lagi aku tidak bermaksud seperti itu tapi mulutku mengatakan hal itu pada Kemal. Seperti kerbau dicocok hidung Kemal menuruti perintah yang aku ucapkan, dia berjalan mendekati pembatas dan menaikinya. Lalu secepat kilat ia menjatuhkan dirinya ke lantai satu. Semua orang menjerit histeris melihat Kemal berlumuran darah. Setelah itu aku baru tersadar dari apa yang aku lakukan, aku panik dan berlari meninggalkan sekolah secepat yang aku bisa. Aku berusaha melepas topeng itu dari wajah ku tetapi topeng itu seperti diberi lem susah sekali aku lepaskan. Bagaimana ini? Aku sudah membunuh Kemal? Aku tidak mau memakai topeng ini! Tidak mau!


Selesai

Kuningan, 06 September 2015




No comments:

Post a Comment