Coretan tinta hitam

Thursday 13 August 2015

Beri aku maaf

Beri Aku MaafBy : Irma putri syaepudin

"Dengarkan penjelasanku Lisa! Aku mohon ...." Wahyu menarik pergelangan tangan Lisa, kekasihnya. Wajah putih Lisa seperti besi yang dibakar merah menahan amarah, Wahyu bersimpuh di hadapan Lisa memohon maaf dan berharap hati perempuan 25 tahun itu luluh.

"Lepaskan tanganku! Aku muak mendengar semua kata-kata yangkeluar dari mulutmu, Wahyu! "

 jerit Lisa sambil mencoba melepaskan diri dari genggaman tangan Wahyu. Wahyu bingung harus bagaimana lagi menjelaskan semuanya pada Lisa, dia tidaktahu jika menerima ajakan Mala untuk makan siang bersama membuat kekasihnya semurka ini, padahal Mala hanya mantan pacarnya dan Wahyu sudah tidak memiliki perasaan apapun padaMala. 

Hatinya, cintanya, bahkan nyawanya ia rela berikan demi Lisa."Lisa, kami hanya makan siang bersama, tidak lebih. Kamu kan tau pacarku sekarang ya kamu, lagipula sebentar lagi Mala akan menikah, " ujar Wahyu. Dengan sekuat tenaga Lisa melepaskan tangannya dari Wahyu, matanya tajam menatap sang kekasih."Dengar! Aku tidak mau lagi mendengar alasan apapun dari kamu!Aku capek, aku lelah, ternyata benar omongan teman - temanku. Kau masih berharap pada Mala, bukannya kita sudah berkomitmen tidak akan saling menemui mantan masing - masing? Kamu lupa komitmen kita?! Mulai detik ini jangan pernahhubungi aku lagi, kita putus! " Lisa meninggalkan Wahyu yang tertegun dan tidak tahu lagi harus berbuat apa untuk meyakinkan Lisa, harusnya dia ingat komitmen yang mereka buat, harusnya Wahyu tahu jika Lisa pencemburu. Langit biru mendadak mendung, disertai angin kencang dan gemuruhnya petir, hati Wahyu sekarang remuk redam tidak berbentuk.

***

Awal bulan November, terasa sesak bagi Lisa. Ia menatap keluar jendela membiarkan tetes hujan menerpa wajahnya, sudah sebulan sejak pertengkarannyadengan Wahyu. Lisa pergi meninggalkan Wahyu dan juga kota Jakarta, ia pun tidak berpamitan pada Wahyu kalau dia akan pergi ke Palembang, dia hanya berpesan pada ibunya jika Wahyu datang jangan pernah mencari dimana dirinya. Lisa menonaktifkan segala hal yang berhubungan dengan komunikasi, telepon genggamnya terletak begitu saja tidak pernah ia sentuh. Arman, paman Lisa hanya bisa pasrah melihat kegalauan keponakannya itu, dia tidak tahu harus berbuat apa. Malam itu sepi, Arman beserta istrinya pergi ke rumah mertuanya yang lumayan jauh dari kediaman mereka. Tinggalah Lisa sendiri di rumah, Lisa tengah menonton televisi di ruang tengah, matanya enggan terpejam, pikirannya melayang ingat pada Wahyu. Air mata menetes dari kedua pipinya yang putih , sejak putus dengan Wahyu hari - harinya terasa penat. Tidak ada lagi senyum dan canda tawa, biasanya Wahyu meneleponya dan membuatnya tertawa. Suara ketukan pintu menginterupsi lamunanya, membuat Lisa terkejut dan segera membuka pintu melihat siapa orang yang bertamu tengah malam di cuaca buruk seperti itu. Pamannya bukankah ingin bermalam dirumah mertua? Tapi bisa saja pamannya pulang lebih awal, akhirnya Lisa membuka pintu yang sejak tadi diketuk, Lisa terkejutmelihat sosok di hadapanya. Wahyu dengan wajah pucat pasi, rambut dan wajahnya basah kuyup, di luar hujan turun begitu derasnya. Wahyu tersenyum, senyum hangat yang selama ini Lisarindukan.

"Ka - kamu kenapa bisa ada di sini? Kapan kamu datang? " ujar Lisa terbata. Wahyu tersenyum lagi lalu menggenggam kedua tangan Lisa. Menatap matanya yang sembab, Wahyu mengelus rambut kekasihnya."Maafkan aku, maaf Lisa sayang. Aku bodoh dan brengsek! Harusnya aku ingat komitmen kita, aku melukai perasaanmu Lisa," ujar Wahyu meneteskan air mata. Lisa terenyuh dengan perkataan Wahyu. Wahyu tidak selamanya salah, dia pun salah egois. Padahal itu hanya masalah sepele tidak perlu mereka putus lalu saling menyalahkan satu sama lain. Lisa memeluk kekasihnya, tubuh Wahyu sedingin es. Lisa menangis dan meminta maaf pada Wahyu, ia merasa bersalah pada kekasihnya itu. Tidak seharusnya seperti ini, "Aku juga minta maaf, aku egois. Maaf ... Maafkan aku Wahyu, " ujar Lisa."Terima kasih, Lisa ...." bisik Wahyu, lalu entah mengapa kepala Lisa terasa berdenyut, dunia terasa berputar tubuhnya terasa berat. Matanya berkunang - kunang, lalu semuanya terasa gelap. Nafasnya tersengal, denyut jantungnya terasa berhenti.

***

"Lisa, bangun sayang! Bangun Nak, ""Lisa, bangun Lisa, "Lisa mengerjapkan matanya beberapa kali, pertama kali dilihatnya wajah sang ibu dan pamanya. Tidak ada Wahyu hanya Ibu dan Pamanya yang menatap cemas."Bu, mana Wahyu? " tanya Lisa. Alih - alih menjawab ibunya malah menangis tersedu, Lisa bingung kenapa ibunya menangis? Dan kapan ibunya datang ke Palembang?"Sabar ya Nak, ini sudah kehendak Tuhan. Ibu harap kamu melepaskan Wahyu, mengikhlaskan kepergian Wahyu, " ujar ibunya. Lisa bertambah bingung, sebenarnya apa yang terjadi? Kenapa? Ada apa dengan Wahyu?"Apa maksudnya?" tanya Lisa."Lisa, Wahyu sudah pergi. Ia meninggal dunia dalam kecelakaan pesawat dua hari lalu, dia mau menyusul kamu kesini, tapi sayangpesawatnya menabrak awan Cumulonimbus, Paman kemarin menemukan kamu pingsan di depan pintu. Paman pikir itu karena kamu terlalu kaget mendengar berita tentang Wahyu, kamu pingsan sudah 2 hari, " ujar Arman. Seketika tubuh Lisa terasa lemas, wajahnya memucat, tidak percaya pada kabar yang disampaikan Pamanya. Lisa bergetar, bibirnya terasa kelu dan matanya sudah tidak bisa lagi membendung air mata yang sejak tadi mendesak ingin tumpah. Lisa menangis sekencang - kencangnya, ia menyesal memutuskan Wahyu , meninggalkan Wahyu."Jadi, Wahyu meninggal dua hari lalu, tapi paman, semalam dia datang padaku meminta maaf, " ujar Lisa.

"Tidak mungkin, Lisa. Wahyu meninggal dunia dua hari lalu, semalam tidak ada siapa pun yang datang, dan dari kemarin kamu pingsan baru sadar sekarang, " ujar Arman. Lisa menutup mulutnya ketika pandangan matanya bersirobok dengan seseorang yang berdiri tersenyum di pojok kamarnya. Seseorang yang semalam meminta maaf , seseorang yang ia putuskan dan tinggalkan karena ia cemburu buta.


No comments:

Post a Comment