Coretan tinta hitam

Wednesday 19 August 2015

Slendrina

Parade horror

Slendrina

by: Irma

Selamat datang! Ini adalah game berbahaya, hanya yang bernyali yang bisa memainkanya, apakah anda siap?!

   Disana ada sebuah labirin kematian, sudah 3 orang temanku yang masuk kesana lalu belum kembali hingga sekarang, aku tidak tahu kenapa mereka mau mengikuti permainan konyol ini. Awalnya Anna yang mengajak kami berada disini. Dia menemukan sebuah peta harta karun secara tidak sengaja, yang menunjukan tempat aneh ini, sebuah labirin raksasa, kami penasaran dengan harta karun yang diceritakan Anna. Aku menolak ikut bersama mereka menelusuri labirin ,karena aku yakin ini hanya sebuah jebakan, tetapi mereka lebih mempercayai ucapan Anna yang begitu antusias dan yakin dengan harta karun itu. Lalu mereka menemukan petunjuk, jika ingin keluar dari labirin itu mereka harus menemukan sebuah kunci emas, Anna, Delon, dan Samuel telah masuk ke dalam labirin itu dan mereka belum kembali. Aku khawatir dan berniat mencari mereka, disinilah aku sekarang di depan sebuah pintu masuk menuju labirin raksasa yang gelap. Di hutan yang entah dimana, jauh dari jangkuan manusia. Aku sudah memantapkan hatiku ya aku sudah mantap!

    "Gelap sekali, kemana aku harus mencari Delon dan yang lain," ucapku sambil berjalan menyusuri lorong labirin dengan senter yang tidak lepas dari genggaman tanganku. Tembok-tembok labirin yang tua dan rapuh, berlumut dan banyak debu bertebaran membuat sesak. Aku melangkahkan kakiku perlahan, menyusuri lorong berharap bertemu salah satu dari sahabatku. Tetapi, satu yang mengganjal pikiran dan hatiku, sejak tadi aku melangkah aku merasa seseorang mengawasiku. Semakin lama semakin jauh, aku menemukan sebuah pintu kayu, lalu mendorongnya perlahan berharap menemukan salah satu sahabatku.

    "Anna? Kaukah itu? Anna kenapa kau berada disini? Mana yang lain?" tanyaku pada sosok perempuan dengan rambut panjang tergerai yang membelakangiku. Dari postur tubuhnya seperti Anna, tetapi dia memakai gaun putih. Sejak kapan Anna yang tomboy memakai gaun? Lalu aku mendekatinya memberanikan diri. Saat bersamaan dia memalingkan wajahnya, betapa kagetnya aku, dia bukan Anna sahabtku. Wajahnya rusak penuh luka, bola matanya seperti hendak keluar, mulutnya menganga mengeluarkan darah dan belatung. Lalu tanganya berusaha meraih leherku, dengan sekuat tenaga aku lari dari ruangan itu , aku harus menyelamatkan diriku. Tempat apa ini? Dan mahluk apa itu? Sahabatku, mereka ada dalam bahaya! Nafasku tersengal, aku terbatuk beberapa kali sambil mengatur nafasku yang hampir habis. Sudah sangat jauh dari tempat tadi , aku merasa sedikit lega karena mahluk mengerikan itu tidak mengejarku. Saat aku hendak melangkah, kakiku rasanya menginjak sesuatu,"Ini senter Delon! Lalu dimana dia sekarang? Aku yakin dia berada di sekitar sini." Lalu dengan langkah tergesa aku mencari keberadaan Delon, di sebuah tikungan aku menemukan lorong lain. Dan hatiku mengatakan aku harus kesana, aku memanggil nama Delon berharap dia membalas panggilanku. Tapi sudah sejauh ini aku tidak menemukan apapun, dimana Delon? Aku mulai putus asa, lalu tiba-tiba aku mendengar suara perempuan menangis. Dan aku yakin itu suara Anna, "Anna! Kau dimana!" teriakku.

     "Ella! Kau kah itu? Aku disini cepat tolong aku Ella!" sekarang semangatku kembali berkobar, Itu benar-benar suara Anna. Aku berlari dan saat aku melewati sebuah pintu, Anna sedang terbaring di lantai mengerang kesakitan. Kakinya terluka.

     "Anna! Kau kenapa? Kenapa bisa seperti ini? Astaga dimana yang lain?" tanyaku, aku membantunya berdiri. Anna meringis kesakitan,"Delon ... Dia sudah mati, Ella. Saat kami mencari kunci emas itu dia mati Ella, lalu Samuel ... Saat kami menemukan peti kayu, dan menemukan kunci emas itu, disana terdapat sebuah kertas mantera yang menyatakan siapapun yang masuk labirin ini tidak akan selamat," ucap Anna menahan sakit.

     "Dan kunci emas itu, adalah kunci kutukan. Siapapun yang menemukan kunci itu maka dia telah membangunkan Slendrina. Dia arwah penasaran Ella. Dan sekarang Samuel pergi setelah membunuh Delon," tangis Anna pun pecah, aku memeluknya.

     "Apa maksudmu?" tanyaku.

      "Setelah menemukan kunci itu, Samuel seperti kerasukan. Dia membunuh Delon dengan pisaunya, dan ingin membunuhku. Namun, aku berhasil kabur. Aku yakin kunci itu jalan keluarnya, kita harus mencari Samuel, " ujar Anna. Permainan gila apa ini? Akhirnya aku dan Anna melanjutkan perjalanan mencari Samuel. Sesekali Anna terjatuh karena kakiknya terluka parah, saat langkah kami semakin jauh, kami berhenti di sebuah persimpangan, lalu kami memilih jalur Kanan, berharap menemukan pintu keluar, namun hasilnya nihil. Akhirnya kami kembali dan memilih jalur kiri, disana kami menemukan setitik cahaya, dan kami yakin disana pintu keluarnya. Tapi, sebelum kami menjangkau tempat itu, Samuel sudah berdiri memegang sebuah kapak. Matanya nyalang menatap kami berdua.

     "Kau tidak akan bisa keluar dari tempat ini!" ujarnya, Samuel menyerang kami tiba-tiba. Anna dan aku terpaksa terpisah, aku berusaha menyelamatkan diri begitu pun Anna.

     "Sam! Hentikan!" teriakku. Namun Samuel seperti sudah tertutup hatinya ia terus berusaha membunuh aku dan Anna. Anna melawan Sam dengan sekuat tenaga ia memukul Sam dengan tasnya. Isi tasnya berhamburan, Anna jago bela diri, meskipun kakiknya sakit ia menendang Samuel hingga terjatuh dan kapaknya terlepas, lalu dengan sigap aku mengambil kapaknya.

     "Bunuh dia Ella! Ambil kuncinya!" teriak Anna.

      "Tidak Anna! Sam sahabat kita," ujarku. Sam berusaha terbangun dari jatuhnya. Anna merampas kapak itu dari tanganku, dan secepat kilat ia mengayunkannya pada Sam, kepalanya terbelah dua, aku menjerit. Anna bersimbah darah, lalu Anna mengambil sebuah kunci emas dari saku baju Samuel.

     "Tidak! Anna jangan sentuh kunci itu!" teriakku, namun terlambat Anna sudah menggenggam kunci itu. Anna berteriak keras, lalu badanya bergetar, Anna menatap tajam padaku, tatapan yang kulihat beberapa waktu lalu saat sebelum Sam meninggal, tamat sudah riwayatku.






Selesai
Kuningan,20/08/2018





No comments:

Post a Comment